Di tepian jalan ia duduk,
mata tak mengenal cahaya,
namun hatinya terang,
bernyala dalam harapan.
"Bukalah mataku," serunya,
tak gentar oleh hina,
sebab imannya lebih tajam
dari pandangan yang tak dimiliki.
Dalam gelap ia melihat-Nya,
bukan dengan mata,
tapi dengan keyakinan yang dalam,
sebuah cahaya yang tak pudar.
Dan saat mentari pagi menyentuh wajahnya,
ia sembuh oleh iman,
melihat dunia dalam cahaya baru,
mata yang terbuka, hati yang selamat.