Jika luka adalah bahasa,
maka tiap retak di hati bercerita,
tentang hari-hari yang sukar diungkapkan,
tangis yang tersimpan dalam senyap,
memahat kisah di sudut-sudut jiwa,
yang tak pernah benar-benar hilang.
Jika luka adalah kata,
maka setiap perih adalah makna,
sebuah pesan yang tertinggal di kulit,
mengguratkan kenangan pahit yang sulit,
seperti tinta yang tak pernah pudar,
mewarnai lembar kehidupan yang tak sempurna.
Namun, di balik setiap luka yang terucap,
ada kekuatan yang sedang bangkit,
sebab pemula itu banyak, tapi penyelesai sedikit,
dan dalam retak-retak yang menyakitkan,
kita temukan tekad yang tak terhentikan.
Untuk mewujudkan mimpi menjadi nyata,
diperlukan lebih dari sekadar angan-angan,
dibutuhkan ketetapan hati, dedikasi,
disiplin diri dan usaha yang tak kenal lelah.
Orang mulai mencapai keberhasilan
ketika mereka memutuskan untuk terus melangkah,
meski luka adalah bahasa yang mereka pahami,
dan perih menjadi bagian dari perjalanan itu sendiri.