Dalam kelimpahan harta yang berlimpah ruah,
aku memilih bertahan pada kesederhanaan,
seperti embun yang menetes di pagi hari,
tak pernah membanggakan cahayanya,
namun tetap menyegarkan,
di tengah kemewahan dunia yang memikat.
Tak perlu gemerlap yang menyilaukan,
sebab hatiku tetap bersahaja,
menghargai hal-hal kecil yang tak ternilai,
yang tak dapat dibeli oleh tumpukan harta.
Kelimpahan bukanlah alasan untuk melupakan,
bahwa kesederhanaan adalah akar dari kebahagiaan,
menyadari bahwa yang berharga bukan yang tampak,
melainkan apa yang tak terlihat---cinta, kasih,
dan makna hidup yang tulus dan dalam.
Aku memilih tetap sederhana,
meski dunia menawari kilau yang menggoda,
karena dalam kesederhanaan,
aku menemukan diriku yang sesungguhnya,
bebas dari jeratan kemewahan yang semu.