Seolah mampu bertahan dalam kerapuhan,
saat jiwa terasa rapuh seperti dedaunan,
aku bangkit perlahan, meski tertatih,
mendekat pada asa yang kian samar.
Di antara celah sinar mentari,
rembulan, dan bintang yang kecil sekalipun,
ada secercah harapan,
yang meski redup, tak pernah benar-benar padam.
Sekecil apapun sinar itu,
ia tetap membimbing langkahku,
melintasi malam yang dingin dan panjang,
menuju pagi yang menanti dengan tangan terbuka.
Karena dalam kerapuhan,
tersembunyi kekuatan yang tak terduga,
dan di balik gelap,
selalu ada cahaya, meski sekecil apapun.