Di ujung senja yang merona jingga,
Seorang pengemis duduk terluka,
Dengan tangan terulur penuh harap,
Mencari makna di balik setiap tatap.
Wajahnya kusam, dibalut debu waktu,
Langkahnya lelah, tak kenal henti,
Namun hatinya tetap teguh,
Menanti sinar, di tengah redupnya hari.
Setiap luka adalah cerita,
Tentang hidup yang tak selalu ramah,
Tentang harapan yang terkulai layu,
Namun tak pernah sepenuhnya patah.
Di bawah langit yang memerah,
Pengemis senja mengumpulkan mimpi,
Di setiap tetes air mata,
Ia menemukan kekuatan yang tak terkira.
Di dalam gelapnya malam yang turun,
Ada cahaya yang perlahan menyelinap,
Membisikkan janji, menghapus duka,
Bahwa esok, ada fajar yang lebih cerah.