Oleh Agung Kuswantoro
Kelas yang harus mendapatkan perhatian adalah kelas C. Mengapa? Santrinya kemampuannya berbeda-beda dan kehadiran mereka (santri) tak menentu.
Masalah kemampuan berbeda-beda dikarenakan faktor usia yang berbeda pula. Ada yang SD kelas 2, 3, 4 dan SMP kelas 3.
Pembagian kelas yang kita lakukan berdasarkan kemampuan mereka dalam menerima informasi (baca: ilmu). Jadi, pembagian kelas, bukan karena usia.
Selain faktor di atas, kendala pada kelas C adalah fluktuatif (naik-turun) jumlah kehadiran mereka. Ada yang hampir 8 pertemuan tidak masuk, tiba-tiba masuk. Ada yang empat kali, tidak masuk, tiba-tiba masuk.
Dampak ini, berpengaruh pada kemampuan mereka dalam mendapatkan ilmu. Seperti sekarang. Saat ujian, materi yang disampaikan oleh Ustad, sudah sampai pada makhroj huruf Alif hingga Ya. Namun, dalam praktiknya, menyebutkan makroj Alif hingga Dzal saja, mereka kesusahan.
Saya mencoba meminta tolong buku tulis mereka sendiri. Mereka membuka materi yang telah diajarkan mengenai makhroj. Ditemukan, diantara mereka ada yang lengkap sekali catatannya. Namun, ada yang tidak lengkap. Dan, ada yang sama sekali kosong.
Yang lengkap, mereka lancar mengucapkan makhroj. Yang tidak lengkap, mereka kesusahan mempelajarinya. Contoh, Alif dibaca Alep. Ta dibaca Tak. Tsa dibaca Sa. Jelas sekali, tidak ada bedanya antara Tsa dan Sa. Oleh karena, ujian Tajwid yang seharusnya pelafalan makhroj Alif hingga Ya selama 45 menit, namun kita hanya belajar makhroj sejumlah 7 huruf hijaiyyah tersebut.
Senang rasanya saya bisa mendampingin mereka belajar bersama. Yang kami butuhkan, benar dulu dalam mengucapkan. Bukan, hafalannya.
Yuk, buka ilmu Allah agar kita menjadi hamba yang beriman. Semangati anak-anak kita untuk belajar. Jangan sampai tidak berangkat mengajinya, karena ia akan ketinggalan materi.
Semarang, 10 Desember 2018