Mohon tunggu...
KOMENTAR
Money Artikel Utama

Latahnya Pedagang Kaki Lima

17 September 2014   11:16 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:27 2302 18

Budaya latah ternyata terjadi hampir di semua sektor kehidupan, kalau biasanya hanya berkisar pada gaya dandanan seorang artis yang menjadi panutan kini mulai merebak ke bidang yang lain. Tak hanya sekedar baju atau cara bicara seorang selebrity yang diikuti penggemarnya tapi kini menaikkan harga makanan siap santap juga tiba tiba dibuat serentak mulai dari restaurant di mall sampai warung tenda kaki lima. Masyarakat (baca penjual) seperti tak punya pendirian, sikap memanfaatkan keadaan masihlah lekat dan dekat dengan keseharian. Negara kita yang konon terkenal dengan sikap tepo seliro (saling menghargai) ramah dan murah senyum kini mulai berubah menjadi saling tak peduli dan mementingkan diri sendiri. Budaya latah telah merajalela di mana mana, andai saja latah dalam hal positif syah syah saja. Misalnya latah untuk datang ke kantor lebih awal, latah menggenjot motivasi untuk lebih besar kontribusi di tempat kerja, atau latah dalam hal mendisiplinkan diri untuk mengajari anak perihal tata krama dan sopan santun. Atau kalau latah dalam arti sebenarnya seperti artis Mpok Ati yang sering dikageti kemudian latah menirukan ucapan atau gaya orang yang mengerjai, akan lebih bermanfaat apabila distel latah dalam mengucap kalimat yang positif. Namun latah yang akan saya kupas pada tulisan ini adalah latah yang menguntungkan diri sendiri dan tentu berdampak kurang mengenakkan orang lain, pendek kata kalau latahnya latah negatif maka siapa yang meghendaki.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun