Anak muda, katakan saja usia 5-17 tahun, di republik hidup di tengah suasana yang rawan terhadap kekerasan. Sebut saja misalnya kekerasan yang menimpa siswi Sekolah Dasar di Bukit Tinggi. Kasus itu setidaknya memberikan gambaran lain dari pendidikan di Indonesia. Tindak kekerasan anak usia sekolah bukan satu-satunya terjadi di bukit tinggi. Tawuran antar pelajar di pelbagai daerah juga kerap menjadi berita di media massa. Mereka, anak muda ini, apakah benar-benar bisa menawarkan masa depan?