Asal mula penggunaan kata editorial pada tahun 1830, periode dimana editorial adalah istilah yang digunakan sebagai sebutan untuk menunjukan pendapat editor. Pada perkembangannnya pada abad ke 20, cakupan editorial diperluas. Artikel editorial selain berisikan gagasan editor juga dapat menjadi sarana pemberian masukan kepada editor. Beberapa surat kabar mulai menempatkan editorial di kiri sisi halaman, biasanya bagian depan. Dewasa ini editorial muncul pada halaman editorial surat kabar itu, halaman yang meliputi editorial, kolom, artikel opini, review, dan kartun. Jika lebih dari satu halaman opini, yang lain disebut op-ed halaman. Dewan redaksi adalah jajaran staf tertinggi dalam redaksi seperti editor yang dapat menulis editorial. Sebuah editorial menjadi layak cetak apabila yang dibahas dalam edititorial tidak dibahas dalam berita utama. Reputasi dari sebuah organisasi media dapat terlihat dari keakuratan data sebagai materi pendukung dalam editorial. Surat Kabar yang berbeda akan memiliki ide yang berbeda tentang bagaimana mengatur sebuah editorial, meskipun sebagian besar akan mengikuti empat langkah sebelumnya.
Editorial bukan pendapat penulis, tetapi merupakan pendapat dewan redaksi. Oleh karena itu, tidak tepat jika menggunakan kalimat seperti, "Menurut pemikiran saya" dalam penulisan editorial. Pada kenyataannya, kata-kata ini sering melemahkan argumen anda pula. Akan muncul keraguan dalam pemikiran pembaca ketika penulis menggunakan kalimat tersebut.
Jenis editorial dapat dibagi menjadi empat yaitu untuk menjelaskan atau memaparkan, untuk menilai atau mengkritik, mengajak atau mempersuasi, dan pujian. Jenis yang pertama, editorial berbentuk penjelasana atau pemaparan. Tujuan dari editorial disini lebih berupa essai yang berisi penjelasan. Editor berusaha untuk menafsirkan atau menginformasikan fakta atau isu yang berhubungan dengan kepentingan masyarakat. Dalam lingkup ini, editor sering menggunakan editorial untuk menjelaskan cara media itu menanggapi subjek berita yang sensitif dan kontroversial.
Tujuan kedua dari editorial adalah untuk menilai atau mengkritik. Ini editorial konstruktif mengkritik tindakan, keputusan atau situasi sambil memberkan solusi untuk masalah diidentifikasi. Editorial sebagai evaluasi adalah editorial yang fokus mengevaluasi pada tindakan atau situasi yang sedang membutuhkan perbaikan atau yang patut dipuji. Harapan jangka pendek adalah untuk memberikan pemahaman kepada pembaca untuk melihat masalah yang sedang diangkat. Jika editorial mengkritik, harus selalu konstruktif. Apabila media mengkritik maka media memiliki kewajiban untuk menawarkan solusi alternative atau tindakan. Maka pendapat akan dipercayai oleh masyarakat.
Editorial sebagai persuader merupakan tujuan yang ketiga. Tujuan ini terlihat ketika editorial yang mengajak atau menawarkan solusi spesifik untuk suatu masalah yang sedang dihadapi. Editorila persuasif dapat memberikan kepemimpinan dalam sebuah perubahan. Oleh karena itu, maksud dari editorial ini mengajak untuk segera melihat pada solusinya bukan masalah. Dari paragraf pertama, pembaca akan didorong untuk mengambil tindakan dan sikapn yang positif. Salah satu contoh editorial persuasi adalah dukungan terhadap kinerja politik.
Jenis editorial yang terakhir adalah editorial yang berbentuk pujian. Editorial ini bermaksudkan untuk memuji seseorang atau organisasi yang telah memiliki prestasi atau kinerja yang baik. Dalam editorial ini pun perlu dicantumkan alas an tertentu mengapa orang atau organisasi inti pantas untuk dipuji.