Hari itu aku memutuskan untuk berjalan kaki menuju sekolah. Di perjalanan, aku menikmati udara pagi yang masih terasa segar. Namun ketika hendak sampai sekolah, keadaan jalan macet dan jalan sedikit terhambat, tetapi akhirnya aku bisa melewatinya. Aku pun telah sampai di sekolah dan langsung beranjak ke kelas. Di kelas, aku langsung duduk.
Saat itu, aku duduk di bangku kelas 8 SMP. Saat murid kelas 7 telah naik kelas, kami akan dipisah kembali ketika kelas 8. Dan saat itu aku kembali satu kelas dengan teman sekelas ketika kelas 7 yaitu Salma. Kami berdua sama-sama mengikuti kegiatan TMBB. Dalam kegiatan tersebut kami diharuskan membaca buku dan setelah membacanya diharuskan membuat review dari buku yang kami baca.
"Hari ini ga ada tugas kan?" Memastikan.
"Ga ada, tenang aja." Sambil membaca novel.
Ia membacanya dengan sangat serius, hingga aku pun menjadi penasaran dengan novel yang dibacanya. Apakah novelnya sangat seru hingga dia sangat serius membacanya. Maka dari itu aku ingin membacanya.
"Salma, boleh ga kalau aku pinjem novelnya? Kayanya seru banget sampe kamu ga mengedipkan mata dan buat tugas literasi juga." Memohon.
"Boleh aja sih, tapi nanti ya setelah pulang sekolah aku pinjamkan." Sambil membaca tanpa menoleh.
"Makasih Salma." Dengan bahagia.
Dan bel masuk berbunyi dengan sangat keras. Tak lama guru pada mata pelajaran pertama masuk. Kami memberi salam kepada guru tersebut dan setelah itu kami diabsen satu persatu. Tak terasa bel pulang pun berbunyi dengan lantang, mataku seketika menjadi segar dan langsung merapikan semua buku yang berserakan di atas meja.
"Agnes ini novelnya." Memberikan novel.
Ohh iya hampir lupa, aku pinjam ya." Sambil membereskan buku.
Setelah itu, aku langsung bergegas pulang karena rumahku adalah istanaku sehingga aku sangat rindu dengan rumahku. Aku pulang dengan berjalan bersama dengan temanku karena rumahya searah dengan rumahku. Sesampainya di rumah, aku langsung mandi karena seharian aku berada di luar  dan di luar juga matahari sangat terik serta juga tubuhku terasa lengket. Dan sehabis mandi, aku makan karena sangat lapar akibat otak terkuras ketika di sekolah tadi.
Selesai makan, aku langsung merapikan buku dan melihat ada novel yang tadi dipinjamkan oleh Salma. Aku mulai membacanya dengan sangat santai. Dan ternyata novelnya memang sangat seru. Aku membacanya terus menerus hingga tak melihat waktu. Hampir setengah buku ku baca dan langsung teringat oleh tugas sekolah yang harus dikumpulkan besok. Aku langsung mengerjakannya tanpa memikirkan apapun lagi.
Keesokan harinya, seperti biasa lagi, aku melakukan aktivitas-aktivitas sebelum berangkat ke sekolah. Setelah siap, ku bergegas ke sekolah. Dan hari itu juga, aku memutuskan untuk berjalan kaki lagi menuju sekolah. Dan lagi-lagi jalan dekat sekolah sangat macet oleh motor yang yang mengantarkan murid-murid ke sekolah. Sesampainya di sekolah, aku langsung beranjak ke kelas dan langsung duduk. Berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki sangat lelah karena jarak rumahku dengan sekolah cukup jauh jika berjalan kaki.
"Gimana novelnya, seru kan?" Menanyakan dengan bangga. "Iya kamu bener banget, tapi aku baru baca setengahnya, gara-gara keinget tugas buat hari ini." Dengan perasaan sedih. "Hahaha, kasihan deh kamu." Sambil tertawa. "Iya kasihannya diriku ini." Meratapi nasib.
Dan lagi, bel masuk berbunyi dengan lantangnya seakan-akan menyuruh semua murid untuk masuk ke kelas dan cepat belajar. Ketika belajar di siang hari, tak kuasa aku menahan mata ini dan hanya mengharapkan saja bel pulang segera berbunyi. Dan tak lama bel pulang pun berbunyi.
Setelah di rumah, aku membaca novelnya kembali. Dan tak terasa novel yang kubaca, ceritanya telah habis dan selesai. Tiba-tiba perutku sakit dan langsung menuju toilet serta ku menyimpan novelnya di atas lemari. Setelah selesai, aku merasa sangat lega dan lalu aku hendak mengambil novel di atas lemari untuk disimpan ke dalam tas namun masalah mulai muncul. Cover novel tersebut telah dirobek-robek oleh adikku.
Badanku seketika lemas tak berdaya dan air mata mulai berjatuhan tak tertahankan. Aku sangat bingung apa yang harus aku lakukan setelah ini. Pikiran sangat kacau dan hati bercampur aduk, sedih, marah, kesal, sangat tidak karuan. Dan aku tidak bisa marah kepada adikku karena ini adalah kesalahanku sepenuhnya, aku sangat ceroboh. "Makanya nyimpen barang yang bener!" Itulah sepatah dua patah kata dari ibuku yang sama kesalnya. Aku sangat bingung apa yang harus kukatakan kepada Salma nanti ketika mengembalikan novelnya
Aku mengumpulkan sobekan-sobekan dari cover novel tersebut dan lalu aku sambungkan menggunakan selotip dengan hati-hati. Selesai menyambungkannya, aku menutupinya dengan sampul bening suapaya tidak terlihat. Keesokan harinya ku berangkat sekolah dengan hati resah dan penuh rasa takut. Sesampainya di sekolah aku berpapasan dengan Salma.
"Salma aku udah baca novelnya, makasih ya." Dengan perasaan tidak enak. "Ohh iya, simpen aja ya di dalem tas aku, aku mau ke toilet dulu sebentar." Sambil terburu-buru. Aku pun segera menyimpan novelnya ke dalam tas sebelum ia kembali ke kelas. Setelah bel istirahat berbunyi Salma memintaku untuk mengantarkannya ke toilet terlebih dahulu sebelum ke kantin. Wajahnya sangat tidak senang dan sangat kesal. Sejak saat itu, perasaan ku mulai tidak enak.
"Agnes kenapa novelnya bisa kaya gitu?" Dengan kesal.
Sudah kuduga, ia akan marah soal novelnya. Seketika badan lemas. Aku hanya diam seribu bahasa. Aku bingung harus mengatakan apa. "Maafin aku Salma, aku bener-bener ceroboh." Sambil mengulang-ulang pemohonan maaf. Â "Kamu gimana sih bisa ceroboh banget." Sangat kesal. "Maafin aku Salma." Mengulang-ulang permohonan maaf. "Terus sekarang gimana ngomong ke guru pembimbingku?" Bingung. "APAA!!? Jadi bukunya punya guru pembimbing kamu?" Terkejut. "Iya, aku lupa mau memberitahumu." Dengan perasaan bersalah.
Setelah itu kami kembali ke kelas sambil memikirkan harus bagaimana. Kami pun melewati istirahat tanpa memakan makanan apapun karena sibuk memikirkan tentang novel. Setelah bel pulang berbunyi, aku pun telah memutuskan untuk mengatakan yang sebenarnya tentang kejadiannya. Aku mengajak Salma yang awalnya tidak ingin karena takut.
Akhirnya kami pergi ke ruang guru dan menemui guru pembimbingnya. Lalu aku meminta maaf atas novelnya dan menjelaskan kejadian sebenarnya mengapa cover novel tersebut bisa rusak tersobek-sobek. Awalnya guru tersebut tampak sangat kesal, tetapi akhirnya guru tersebut pun memaafkan kami atas kejadian ini dan memberikan nasihat kepada kami agar tidak ceroboh dalam bertindak dan selalu menjaga barang yang dipinjam karena barang tersebut bukan milik kita dan juga tidak mengulang kejadian hal ini lagi.