Beberapa tahun lalu, ide bahwa algoritma bisa menciptakan karya seni atau sastra terdengar seperti alur film fiksi ilmiah yang terlalu futuristik, atau bahkan mengada-ada. Namun kini, hal tersebut bukan lagi khayalan. Algoritma kecerdasan buatan (AI) telah berhasil menulis puisi, menggubah simfoni, bahkan menghasilkan lukisan yang terjual seharga jutaan dolar. Bukan hanya ahli teknologi yang mulai melihat potensi ini, tetapi juga para seniman dan penulis mulai merenung: Apakah algoritma akan menggantikan mereka di masa depan? Apakah seni yang dihasilkan AI memiliki kedalaman dan nilai estetika yang sama dengan hasil karya manusia?
KEMBALI KE ARTIKEL