"Mba, apakah saya masih bisa mendapat giliran?", tanyaku. "Mas diurutan terakhir ya, wah, sepertinya saya sudah cukup kelelahan dan akan menutup loket ini secepatnya. maaf ya mas." tukasnya.
Oke, mendengar jawaban sang penjaga loket nomer enam, saya langsung melihat loket lain yang masih buka, dan ternyata masih banyak, dan tidak terlalu ngantri panjang. dan saya berfikir, prospek disana pasti akan bagus, dan terlayani dengan sangat baik. Maka saya langsung pindah ke loket sebelah. Waktu berjalan seperti biasa dan antrian pun semakin pendek. Namun tak disangka sama sekali, disaat saya mengantri di loket lain, loket nomer enam tiba-tiba buka lagi, dan apa yang pertama kali penjaga loket tersebut lakukan adalah memanggil saya secara tidak langsung, supaya mengantri lagi di loketnya. Saya masih terngiang dengan kata-kata orang paruh baya tadi katakan, sepertinya apa salahnya saya coba antri lagi di loket nomer enam. Sayapun pindah lagi ke loket nomer enam, berharap banyak saya akan dapat terlayani dengan baik. Namun konsekuensinya saya harus antri lagi di urutan paling belakang. Waktu berjalan seperti biasa, dan antrian pun semakin memendek. Walaupun dia tidak terlihat kelelehan, tapi hati saya mulai meragu, antrian cukup panjang, akankan saya bisa mendapatkan pelayanan dari dia. Saya pun mencoba untuk bertanya lagi.
"Mbak, masih adakah kesempatan buat saya bisa mendapatkan tiket di loket ini?". tanyaku. "Mas masih diurutan terakhir ya, waduh saya belum bisa pastikan mas, oke nanti saya kabari lagi ya.", jawabnya.
Mendengar jawaban sang penjaga loket nomer enam, saya semakin ragu. Seolah-olah saya ini tidak penting, Seolah-olah saya ini hanya cadangan yang hanya ia layani ketika semuanya berjalan lancar. Tidak ada prioritas sama sekali buat saya. tapi apa daya, loket lainnya sudah tutup, tidak ada lagi loket yang buka, ini adalah loket terakhir yang dibuka karena malam mulai larut. baiklah, kita lihat saja jadinya akan seperti apa. Dan seperti yang sudah saya perkirakan, sang penjaga tiba-tiba menutup loketnya tanpa konfirmasi kepada para pengantri. Sudah saya duga, semua akan menjadi seperti ini. Dengan perasaan marah, eneg dan lain sebagainya saya pulang menuju tempat tinggal saya. Sudahlah, lupakan belanja sembako. toh saya masih bisa cari makanan instan sendiri. belanjanya lain kali saja. pesan: orang plin-plan tidak akan pernah mendapatkan apapun, selain penyesalan. dan saya adalah orang paling plin-plan nomer satu di dunia. blog agilnotmild