Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

Jokowi Perlu Revolusi Mental

23 Juni 2014   21:29 Diperbarui: 18 Juni 2015   09:31 130 2
Dalam mendukung capres di social media saya lebih suka memakai pendapat pribadi daripada sharing berita. karena apa? karena pendapat pribadi sangat bisa dipertanggungjawabkan karena murni dari apa yang saya lihat. sedangkan kalau share berita, saya hanya membagi pandangan orang lain lewat mata telinga orang lain. Bukannya saya tidak percaya, tetapi pendapat pribadi lebih mudah saya pertangungjawabkan.

Nah, kali ini saya akan menganalisa program dari salah satu capres yang ternyata mampu memikat swing voters yang dan menjadi semacam trade mark bagi visi misi capres Jokowi-JK yaitu revolusi mental.

Revolusi mental sejauh yang saya pahami adalah pembenahan sikap mental bangsa indonesia untuk lebih mengedepankan sikap-sikap dan mental-mental positive. Silakan koreksinya kalau saya salah, tapi itu yang bisa saya tangkap.

Saya pantas menyangsikan program ini karena visi ini disampaikan oleh seorang yang justru perlu revolusi mental.

Alasannya:

a. bersikap khianat

Jokowi dicalonkan oleh sebuah mekanisme pengkhiatan. Sebagai mana diketahui perjanjian batu tulis telah dikhianati demi kekuasaan dari kelompok sendiri untuk kuasa yang lebih besar.

Itu sikap khianat

b. bersikap tidak jujur

Mungkin jokowi memang orang bersih dan jujur, dan saya percaya itu. Tapi lihatlah, dia berbohong saat usai debat pertama ditanya wartawan apakah gugup, jokowi menjawab tidak gugup, padahal jelas di awal jokowi gugup sepertihalnya Prabowo, tapi Prabowo saat ditanya wartawan apakah gugup Prabowo menjawab, ya sedikitlah agak gugup tadi... krg lebih begitu jawab Prabowo.

Itu sikap tidak jujur

c. bersikap pengecut

Pada debat kedua, Jokowi melemparkan pertanyaan yang sudah diyakini lawan tidak mampu menjawabnya karena sengaja memasukkan unsur yang kemungkinan besar tidak akan diketahui lawan bicara yaitu tidak memberikan penjelasan tentang TPID. Kesannya jadi hanya ingin adu pengetahuan singkatan, bukan esensi tentang pandangan atau langkah-langkah yang diambil dalam kaitannya dengan inflasi daerah.

Itu sikap pengecut

d. bersikap tidak tahu etika terima kasih

Jokowi itu dicalonkan oleh Prabowo untuk menduduki gubernur Jakarta dan disokong dananya oleh partai Gerindra. Secara legal tentu adalah sah jika Jokowi "nyapres" melawan orang yang membantunya menjadi gubernur. Akan tetapi kalau pakai nilai etika apa pantas orang yang sudah di"mulia"kan jadi gubernur, diperkenalkan ke publik, disokong dananya kemudian malah melawan orang yang telah mengangkatnya.

Itu sikap tidak tahu etika terima kasih

e. bersikap munafik

Jokowi berkata kalau sebaiknya kita harus melihat ke depan, jangan melulu melihat ke belakang. Apa ini maksudnya?

hellooo...???

Bukankah pihaknya pada debat pertama menyindir masalah HAM - penculikan yang nyata-nyatanya sudah selesai?

Itu sikap munafik

Sekali lagi saya tidak mengatakan bahwa jokowi itu punya sifat pengkhianat, punya sifat tidak jujur, punya sifat pengecut, punya sifat munafik dan tidak tahu terima kasih, saya hanya mengatakan sikap yang diambil oleh Jokowi yang bisa saya analisis dan terlihat oleh mata kepala sendiri dari satu spot peristiwa.

Satu spot peristiwa ini tidak bisa dijadikan dasar untuk mengatakan bahwa selamanya Jokowi itu punya sifat pengkhianat, punya sifat tidak jujur, punya sifat pengecut dan tidak tau terima kasih. Saya percaya Jokowi itu orangnya baik.

Adalah beda antara sikap dan sifat.

Akan tetapi setidaknya dari satu spot peristiwa itu bisa dijadikan bahan untuk memprediksi sikap-sikap Jokowi selanjutnya, maka dari itu saya menyangsikan revolusi mental akan bisa diterapkan oleh [justru] seorang yang perlu revolusi mental.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun