Sebuah meja rias kayu berada ditengah ruang tidur gadis berjilbab. Meja kayu jati tua itu terhiaskan ukiran motif Jepara. Warisan dari Ibunya. Ditengah meja terdapat cermin besar yang menjulang terhiasi motif yang diperngaruhi oleh motif Majapahit itu. Dimeja tertata rapi peralatan kecantikannya. Kini tak banyak peralatan kecantikanya seperti 2 bulan yang lalu, hanya separuh dari meja yang tersisa sekarang. Separuh meja rias bercerminnya, tertumpuk buku-buku islami yang juga tertata dengan rapi. Paling atas tumpukan buku itu terlihat selembar kertas yang tertulis ringkasan-ringkasan tentang apa yang dibacanya malam tadi.
Suara Takbir membuat gadis berjilbab itu tertegun lama didepan cermin meja riasnya. Sambil memandang wajah yang kini terpigura oleh jilbab sederhananya. Memandang simetri wajahnya. Lama memandang hingga dia berkata apa yang ada didalam hatinya, ikut tercurahkan. Hingga kini apa yang mereka cibirkan pada perubahannya, membuat dia bertanya dalam hati. Apakah ada yang salah dengan dirinya?
" Kini aku berjilbab, apa yang salah?"
" Kau hanya memakai penutup rambut tak lebih."
" Setidaknya aku menutup Auratku?"
" Tapi rasa malumu engkau kemanakan, adakah ?"
Gadis itu menjawab pertanyaannya sediri dalam hati.
" Apakah kau berlindung dengan berjilbab? dari apa?"
" Dari teman-temanmu?"
" Ikut-ikutan atau dari hati?"
Gadis itu kemudian menundukan kepala dan bersandar pada kedua tangannya yang disilangkan.
" Entahlah... " jawab gadis bersuara datar.
Suara Takbir dipagi hari itu masih jelas terdengar. Dari sebelah barat masjid kampungnya. Suara kicau burung juga menambah syahdunya Takbir.
Gadis itu kemudian mengingat apa yang dibicarakan oleh teman-teman dekatnya. Perubahan drastis pada gadis berjilbab itu sekarang. Yang dulunya seorang yang pandai bergaul dan tak pernah menyentuh keagamaan. Sekarang berubah menjadi seorang yang muslimah. Menolak terlalu keras ajakan-ajakan teman-temannya jika menyangkut kemaksiatan. Walau didalam hatinya seharusnya tidak seperti itu dia menolaknya.
Dihati sang gadis, menjadi tak menentu. Saat ditanya mengapa menjadi seperti ini dan secepat ini?. Teman-teman dekat mereka yang juga sampai sekarang masih menunggu jawaban itu. Karena hingga kini belum ada alasan yang bisa menghangatkan hatiya sendiri, mengapa dia berubah seratus persen.
Dia kemudian bangkit. Masih terduduk didepan meja riasnya. Setelah memandang wajahnya kembali, pandangannya kini mengarah pada kalender Bulan November yang tertandai garis merah di 7 hari, yang juga melewati 10 Dzulhijjah tahun ini.
Gadis berjilbab itu kini berkata dengan tegas dihatinya " Ini harus kulanjutkan...".
Gadis itu tersentak. Ibunya memanggil " nduk jogo omah yo". Ibunya berangkat ke Shalat Ied. Dan gadis berjilbab itu tidak dapat mendampingi ibunya pagi ini.
Kerjasan Kudus, 17 November 2010, 22:45,
( Bau sate, Lagu Chrisye " Ketika Tangan dan Kaki berkata" dan Menunggu unduhan 19 GB CEH 6. )