Itulah suatu pernyataan yang dipercayai oleh seorang bocah lelaki yang masih dalam quarter life crisis. Tetapi, apakah memang sungguh seperti itu? Bocah itu kerap kali merasa bahwa ia tidak sadar, menjalani hidup monoton dan merasa jiwanya ada di atas kepalanya. Hingga suatu ketika ia bertanya...
"Apa yang kurang dalam hidupku? Aku bisa makan tanpa memikirkan akan kelaparan, aku bisa bermain tanpa memperhitungkan waktu, tapi aku selalu merasa ada lubang dalam hatiku".
Ia kerap kali kebingungan akan pencarian jawaban besarnya. Bermeditasi, evaluasi, hingga mawas diri tak cukup untuk menjawab pertanyaannya, sampai suatu ketika ia menyadari sesuatu. "Dahulu aku selalu menuliskan perasaanku dalam secarik kertas, aku bercerita pikiranku, aku menjadi diriku sendiri melalui cermin tulisanku". Ledakan pikiran berdentum, lubang hati pun tertutup ambisi menuliskan apa yang bocah itu pikirkan.
"Dimanahkah hatimu berada di situ hartamu berada" -Sang Alkemis. Terlintas dalam benaknya, suatu pernyataan dalam novel yang pernah ia baca.
Melalui pernyataan tersebut dan kontemplasinya, si bocah kembali bersemangat menuliskan segenap jiwa serta pikirannya dalam Secarik kertas yang kelak menjadi Jurnal kehidupannya. Hingga ia kembali bertanya.
"Kira-kira, apa yang akan aku tulis kembali ya?" Si bocah Kembali dalam pencarian dan tercipta kembali pertanyaan besar.