Latar belakang cultural dan personality sesorang mampu menjadi aset, value sekaligus potensi suatu bisnis. Branding bisnis. Bisnis beserta dengan produknya membutuhkan relasi dengan market. Salah satunya adalah dengan cara membangun branding. Relasi itu diantaranya membentuk persepsi, opini, image/citra bagaimana publik atau market mengidentifikasi dan mempengaruhinya melalui apa yang disebut dengan "Brand voice". Sebelum masuk ke bahasan, baiknya kita perlu sedikit paham apa itu Brand Voice.
Brand Voice sekurangnya adalah sistem representasi (kepribadian suatu brand bisnis) semacam penyampaian pesan, penciri dengan "comparative potitioning" diantara produk bisnis yang lain.
Mari kita sedikit menilik dan melakukan pembacaan sederhana bagaimana Bebek Carok Tretan Muslim membangun sistem bisnisnya dengan Brand voice.
Kita bisa kenali kuatnya persona Tretan Muslim melalui media. Sebagai publik figur yang demikian itu gejala "personal branding" Â branding diri sebagai komika atau biasa disebut standup komedian sekaligus youtuber yang sebagian besar dinarasikan sebagai seorang madura tulen atau saudara sesama madura "Tretan", satire humor, dark jokes beserta atribut tentangnya sejalan dan kerap kali iya tampakkan di media. Tidak hanya itu, konten-kontennya berupa pernyataan reaktif dan pandangannya tentang beberapa fenomena mempunyai penyampaian yang unik, kontroverasial, menohok, satire dan kritis, didukung gesture dan aksen intonasi bertutur yang khas.
Sepertinya konsekuensi tersebut mampu dirawat, diikhtiarkan menjadi manfaat. Jadi instrumen - bahan baku dan perkakas dalam membangun bisnisnya. Peluang komodifikasi latarbelakang nilai kultural dan personal branding seorang individu ke dalam kebutuhan unsur sistem bisnisnya yakni Brand voice Bebek Carok Tretan Muslim.
Ketenarannya mampu menjadi modalitas yang terpadu dan harmonis sebagai penyusunan bangunan bisnis "Menu Bebek Carok Tretan Muslim" berhastag #bebekmadurasupremacy ini.
Unsur Brand voice selanjutnya adalah lebih dari persona sebagai "Tretan". Penggunaan hal ikonik madura dalam bangunan brand value dan identity visual bisnisnya. Seperti pattern garis merah putih, celurit yang menggantung di etalase bebek ukep dan dinding, mood color hitam, merah, putih dan kuning. Setia menggunakan elemen tersebut pada setiap produk mulai dari digital marketing, poster, menu masakan, properti outlet, packaging, gaya bahasa ala Tretan Muslim content writing dan cita rasa bernuansa madura.
Kita coba ambil 2 contoh kasus teks content writing gaya bahasa yang bisa kita tinjau langsung melalui poster di postingan sosmednya. Bagaimana menyatakan konektivitas melalui fenomena penyebaran bisnis orang madura ke berbagai daerah dengan penggunaan kata "invansi" produknya ke beberapa daerah sebagai perluasan market. Di poster promosinya ditulis "Bebek Carok Siap Menginvansi Kota.... /Anda"
Selanjutnya adalah penggunaan tagar "Bebek Carok Tretan Muslim Supremacy"
Ini nampak jelas sebuah tagline bisnis sekaligus produk disematkan kata "supremacy" yang secara umum dapat diartikan sebagai keunggulan otoritas tertinggi yang berdaulat. Nah aganya dapat kita intepretasikan sebagai cerminan semacam motto atau prinsip hidup yang distigmakan kepada karakter orang madura selama ini.
Hal ini sepertinya cukup untuk kita melihatnya sebagai satu langkah strategi bisnis yang brilian, optimal dan terarah secara tepat.