Pembukaan Satu hal yang sangat saya ingat dari membaca Ihya' Ulumuddin Bab Keutamaan Ilmu adalah bahwa dengan berilmu (ilmu agama) manusia dapat mengetahui amalan apa yang mudah atau ringan tetapi memberikan keutamaan, pahala, dan manfaat yang besar berkenaan dengan ibadah. Hal ini sesuai dengan Al Qur'an dan hadist. Allah berfirman:
"Dan berjihadlah kamu pada Jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak Menjadikan untuk kamu dalam agama satu kesempitan..." (QS Al Hajj [22]: 78), di mana terkait kesempitan ini maksudnya adalah bahwa Allah tidak menetapkan satu hukum agama yang menyulitkan atau memberatkan manusia. Allah berfirman:
"Allah Menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak Menghendaki kesukaran bagimu." (QS Al Baqarah [2]: 185). Agama Islam sejalan dengan fitrah manusia sehingga semua tuntunannya mudah dilaksanakan. Apabila dalam satu situasi atau kondisi terjadi hal-hal yang menjadikan seseorang mengalami kesulitan dalam melaksanakan tuntunannya, tuntunan yang terasa memberatkan itu dapat diringankan dengan tuntunan yang lain. Dalam agama, selalu ada jalan untuk meringkan tuntunan agama yang terasa berat. Nabi Muhammad bersabda,
“Sesungguhnya Allah Swt. tidak mengutusku untuk mempersulit atau memperberat, melainkan sebagai seorang pengajar yang memudahkan.” (HR. Muslim, dari ‘Aisyah) Dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW, beliau bersabda,
"Sesungguhnya agama (Islam) itu mudah, dan tidaklah seseorang memberat-beratkan agama ini melainkan ia pasti dikalahkannya. Maka berlaku luruslah kalian, berlaku wajarlah (dalam beribadah), bergembiralah, dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) di waktu pagi dan sore, dan sedikit di waktu malam." (HR. Bukhari) Dari ‘Abdullah (bin Mas’ud), ia berkata : Rasulullah SAW bersabda,
“Binasalah orang-orang yang berlebih-lebihan.” Beliau bersabda demikian tiga kali. (HR. Muslim) Dari Anas bin Malik, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda,
"Sebaik-baik agama kalian adalah yang paling mudah." (HR. Thabaraniy) Pedoman tersebut memunculkan beberapa prinsip dalam pengamalan agama, yaitu
pertama, menjalankan syari’at Islam boleh secara bertahap. Dalam hal ini, seorang muslim tidak serta-merta diharuskan menjalankan kewajiban agama dan amalan-amalan sunnah secara serentak.
Kedua, adanya anjuran untuk memanfaatkan aspek
rukhshah (keringanan dalam praktek beragama). Aspek
rukhshah ini terdapat dalam semua praktek ibadah, khususnya bagi mereka yang lemah kondisi tubuhnya atau berada dalam situasi yang tidak leluasa. Dan,
ketiga, Islam tidak mendukung praktek beragama yang menyulitkan. Ketiga prinsip tersebut perlu diperhatikan dengan satu catatan bahwa ciri Islam sebagai agama yang mudah menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang penuh kasih sayang kepada manusia. Namun demikian, kemudahan yang ada bukan jalan untuk melalaikan kewajiban-kewajiban yang telah ditetapkan agama. Misalnya, prinsip
rukhshah tidak untuk dijadikan pemakluman atau pemaafan tidak dilaksanakannya kewajiban sebagaimana mestinya sehingga akibatnya adalah diri justru menjadi jauh dari Allah.
KEMBALI KE ARTIKEL