BUKAN TANPA ALASAN Harun Asmadi diam tak menjawab. Tapi memang ia tak tahu bagaimana menanggapi pertanyaan itu. “Kenapa bapak di sini?” Terdengar agak janggal di telinganya. Dan meski tengkuknya hangat disapu sinar matahari jam sebelas yang menembus kaca jendela, kepalanya tiba-tiba dingin karena ketiga perempuan muda yang duduk satu meja dengannya itu malah terheran menatapnya, mungkin si penanya merasa telah mengatakan sesuatu dengan cara yang keliru, ataukah memang maksudnya begitu. Maka Harun hanya tersenyum, jawaban paling pas untuk ketidak-mengertian. Jari-jarinya menyeka bulir kondensasi dari dinding gelas kelapa muda di atas meja. Kesegaran es sudah lama berlalu, dan senyumannya tidak banyak membantu.