Lima jam sudah Josef Kaluani duduk bernaung di tepi jalan yang panas desa Tomok. Kadang bersiul kadang ikut melagu sampai kepalanya bertambah panas. Debu yang terbang kadang menghalangi pandangannya. Ia memandangi seberang jalan, di mana tangan-tangan gemulai bersenandung. Kepala ditundukkan kemudian mendongak lagi. Kaki berjinjit dan mulut bersungut dan menyanyi. Tarian
Sigale-gale didalangi oleh seorang tua yang duduk bersila di bawah rumah adat itu. Kulitnya gelap dan tak ada senyum di wajahnya, sesekali tersenyum pada tiga mamak yang ikut berjinjit di atas sisa rumput.
KEMBALI KE ARTIKEL