[caption id="" align="alignnone" width="465" caption="Ilustrasi (livebloggers.in)"][/caption] Meski kalangan analis media sosial memerkirakan
Facebook baru akan runtuh
paling cepat dalam 2015, Anda bisa saja memutuskan hari ini atau besok untuk berhenti menggunakan media sosial sejuta umat itu. Sama seperti MySpace, Digg, atau Friendster, Facebook diperkiraan akan mengikuti waktu hidup media sosial global yang rata-rata hanya 11 tahun. Tapi jika ada beberapa hal yang membuat Anda memutuskan untuk berhenti menggunakan Facebook, maka catatlah mulai sekarang. Friendster akhirnya ditutup pada 31 Mei 2011 dan orang-orang beralih ke Facebook sejak 2004. Tapi semakin ke kini, popularitas jejaring sosial berbasis pertemanan itu seperti memberikan rasa bosan bagi penggunanya, di samping relativitas yang tidak produktif dengan rata-rata waktu akses per pengguna adalah 400 menit per hari. Meski masih bersaing ketat di posisi teratas industri media sosial, Facebook telah kehilangan lebih dari 1,7 juta penggunanya di Amerika Serikat dalam 6 bulan terakhir. AS masih berada di posisi wahid jumlah pengguna aktif terbanyak di dunia pada angka 155 juta lebih. Dalam dua minggu terakhir, Facebook sudah kehilangan 1,2 juta penggunanya di Inggris, Perancis dan Jerman. Beberapa negara maju dengan kekuatan ekonomi masyarakat yang nyaris sama juga menunjukkan gejala sedemikian.
Apa yang Anda cari di Facebook? Pertemanan. Jawaban yang paling masuk akal. Meski catatan global tentang
rata-rata jumlah teman sebuah akun di Facebook hanya sekitar 130, tapi kecenderungan ini tidak berlaku sepenuhnya bagi pengguna di Indonesia yang rata-rata memiliki jumlah teman di atas 600 untuk kelompok dengan durasi akses harian global. Setelah berhasil mengumpulkan teman dalam jumlah sebanyak itu, komunikasi menjadi lebih luas dan akses informasi menjadi lebih intim. Setelah pertemanan, apa lagi? Nyaris tidak ada jawaban pasti. Facebook menawarkan banyak fitur di landasan medianya tapi tak sepopular pertemanan. Belakangan,
Zynga dan beberapa merek
startup lainnya mulai mengalihkan fokus pengguna Facebook dari awalnya pertemanan menjadi permainan. Poker, bilyar, sampai bangun kota. Pengguna yang kemudian batas usianya semakin ditekan ke angka terendah menerima dengan senang hati. Jadi selain pertemanan, boleh dikata tidak ada hal lain yang dicari di Facebook. Iklan-iklan seperti yang tertera pada laman
newsfeed tidak lantas membuat pengguna memerhatikan setiap merek yang tertera. Bandingkan misalnya dengan pesain terkininya, Twitter, yang mengadopsi sistem periklanan lebih intim karena
liaison dan HRD dari setiap perusahaan pemegang akun bisa "berbincang" langsung dengan calon konsumen ataupun calon karyawan. Kekalahan dalam faktor-faktor pemasaran inilah yang membuat
Facebook kehilangan banyak pengiklan besar semisal General Motors. Iklan di Facebook tak semenarik pada awalnya. Kapan berhenti gunakan Facebook? Sebagai pengguna yang hanya menikmati sedikit dari banyak layanan yang ditawarkan Facebook, Anda bisa memutuskan apakah siap untuk berhenti, atau tetap berjibaku dengan media sosial. Berhenti dalam hal ini relatif untuk artian menutup sementara, atau bahkan selamanya. Dan sebagai perbandingan, mari kita coba analisis preferensi ini secara umum. Tidak hanya Facebook, tapi media sosial manapun. Situs
2knowmyself.com memberikan beberapa pilihan sikap bagi Anda yang mulai memikirkan untuk berhenti sebagai pengguna jejaring sosial. Beberapa poin ini didasarkan pada pandangan tentang kebutuhan utama hidup manusia dalam membangun jejaring sosial yang lebih nyata. Dan karena itu, setiap orang memiliki alasan yang berbeda-beda.
- Kecanduan. Selain gangguan kesehatan fisik, sudah banyak studi dan kasus yang mengaitkan Facebook dengan gangguan kejiwaan. Gejala kecanduan menggunakan media sosial akan nampak pada tahun kedua, bukan tahun pertama pemakaian yang lebih eksploratif. Isu kecanduan media sosial ini mulai menyeruak bahkan pada tahun ketiga berjalanny Facebook. Ketika Anda merasa sudah disetir oleh kebutuhan membuka media sosial, maka kembalilah ke pertanyaan "Apakah saya benar-benar membutuhkan ini?"
- Pendekatan sosial. Terbukti banyak media sosial masa kini yang dipakai sebagai alat efektif untuk memperbaiki hubungan, terutama terkait dengan teman atau kerabat lama. Tapi di sisi lain, hal buruk terjadi ketika komunikasi yang tak diterjemahkan dengan baik menyebar di ruang publik. Jika Anda merasa media sosial tertentu memperburuk hubungan Anda dengan orang-orang terdekat, maka menghentikan sementara aktivitas di sana akan jadi langkah bijak. Anda akan memiliki lebih banyak waktu untuk merenung dan merencakana kembali langkah pemulihan hubungan dengan siapapun.
- Pelarian atau bukan? Facebook, Twitter, dan jejaring sosial lain bisa jadi hanyalah pelarian bagi seseorang. Pelarian dari kepenatan kerja dan tuntutan kebutuhan hiburan, atau bahkan pelarian dari berbagai masalah yang ingin dilupakan. Jika Anda menyadari demikian, maka Anda harus yakin mendapatkan solusi dari masalah Anda di dinding Facebook atau kicauan seseorang lewat Twitter. Tapi jika tidak, berarti solusi masalah Anda ada di tempat lain.
- Berhubungan dengan produktivitas kerja atau tidak? Pertanyaan kontemplatif sama kemudian ditanyakan "apakah mengakses media sosial setiap hari bisa memperbaiki produktivitas kerja saya atau tidak?" Jika Anda seorang pegawai pemasaran dengan target dan standar layanan yang tinggi, maka Twitter masih sangat bisa membantu Anda dalam satu-dua tahun mendatang. Tapi jika tidak ada satu pun alasan yang bisa memperbaiki proses kreatif Anda dalam menggunakan jejaring sosial, maka tidak ada pengasahan kemampuan. Yang terjadi justru sebaliknya. Facebook akan mengalihkan dunia Anda ke arah yang belum tentu lebih menghasilkan.
- Anak-anak. Mengapa faktor anak-anak dimasukkan? Karena bagaimanapun jika Anda orang tua, berarti Anda adalah teladan yang paling berpengaruh bagi anak-anak Anda. Apakah Anda ingin anak-anak Anda mengakses Facebook atau Twitter tujuh jam lebih lama dari kebiasaan Anda setiap hari? Proses sosial anak-anak sebelum usia 20 sangat terbentuk oleh pola komunikasi yang diajarkan orang tua. Jika orang tua belum bisa menemukan lingkungan sosial lain di luar Facebook bagi anak-anaknya, maka gejala penyimpangan perilaku sosial anak bisa jadi potensi buruk. Kenali lebih dekat ketentuan penggunaan media sosial, dan amati perubahan perilaku anak-anak Anda.
KEMBALI KE ARTIKEL