Jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter telah masuk ke bagian terdalam dari kehidupan banyak orang, termasuk remaja yang memang memiliki kecenderungan naluriah untuk menemukan posisi dirinya dalam pergaulan. Beberapa penelitian menyebutkan, semakin Anda terekspos di jejaring sosial, semakin besar pula peluang Anda untuk membangun citra diri dalam dua sisi mata pisau yang berbeda.
Sebagaimana laporan yang dirilis CNN pada Maret lalu menyebutkan, di era media sosial ini, semakin banyak orang terjebak dalam kondisi psikologis di bawah tekanan untuk memiliki foto profil yang sempurna, dikomentari secara atraktif oleh semakin banyak orang, dan berani mengambil risiko di balik ekspos tersebut.
Kemudian lahirlah istilah “ensiklopedia kecantikan”, sebuah rangkuman ekses yang terjadi karena tumpukan narsisme yang dielu-elukan melalui jejaring sosial. Meski termin ini berbau feminisme, tak jarang pula dialami oleh laki-laki. Digambarkan lebih lanjut, kalau zaman dulu (sebelum era media sosial) kita cukup kagum melihat gambar-gambar pesohor terpampang di jalan-jalan dan toko-toko, hari ini kita bisa saja lebih suka menatapi wajah “seseorang” yang kita kagumi selama berjam-jam dalam sehari tanpa harus bangkit dari tempat duduk.
Standar Kecantikan
Facebook tetap menjadi jejaring sosial yang paling bertanggung jawab dalam akses dan ekses popularisme manusia jejaring sosial yang mengandalkan fotonya. Meski foto profil telah jadi produk umum media sosial, Facebook tetap memberikan ruang lebih bagi penggunanya untuk mengekspos lebih banyak foto, dengan tingkat persaingan yang tinggi. Anda bisa saja memiliki foto profil paling atraktif dan mengundang banyak “jempol”, tetapi coba saja search foto sejenis dari orang-orang terdekat Anda, kemudian bertanya, "Apakah tetap saya yang paling cantik?" Bukan lagi cermin ajaib yang akan menjawab, tetapi jumlah "like" dan komentar pujian. Standar kecantikan kemudian menjadi semakin tinggi.
Ibarat kompetisi antar-jejaring sosial, Anda secara tidak sadar terbawa juga arus kompetisi antar-pengguna yang mengutamakan keelokan foto profil mereka dalam jutaan potensi “like” yang tersedia setiap hari. Dan bagi beberapa orang, itu justru menyenangkan.
Sebuah esai yang dirilis proud2bme.org, lembaga nirlaba yang berkonsentrasi dalam pengelolaan psikologi remaja mengemukakan hasil survey mereka tentang kecenderungan remaja mengandalkan foto di jejaring sosial sebagai citra personal instan. Dari beberapa remaja yang mereka tanyai, hampir semuanya mengakui bahwa mereka merasa lebih percaya diri dan diterima masyarakat jika foto profil mereka disukai orang. Saat ditanya apa pentingnya mendapatkan “like” atas foto di Facebook, mereka menjawab:
“Hanya kecantikan ‘standar’ yang akan mendapatkan tombol like. Jika kamu menggunakan rok cukup pendek atau baju cukup terbuka, kamu akan mendapatkan banyak dari tombol itu.” –Kirby, 18
“Semakin minim pakaian kamu gunakan, semakin popular.” –Dayton, 17
“Ketika kamu melihat foto-foto di Facebook dan memiliki pandangan standar tentang ‘bagaimana cantik atau tampan itu’, maka secara tidak sadar kami menggiring ekspektasi yang tidak realistis tentang bagaimana seharusnya kecantikan dan ketampanan itu.” –Mary
Hasil survey ini menegaskan bahwa pengguna jejaring sosial, khususnya kalangan remaja, menggunakan fantasi mereka secara bebas untuk menentukan standar sendiri tentang citra pribadi yang baik dan buruk. Mereka menggunakan hanya satu sudut pandang: foto.
Meski begitu, ternyata tidak semua remaja merasa nyaman dengan pencitraan lewat foto di jejaring sosial. Vanessa (18), misalnya, merasa bodoh setiap kali menyadari foto profil dirinya di jejaring sosial jauh dari dia yang sebenarnya. “Saya mengedit menggunakan Photoshop dan mengubah beberapa bagian sebelum memuatnya ke Facebook, dan setelah melihat hasilnya saya merasa bodoh. Lama kelamaan akhirnya saya sadar betapa jahatnya kontes ‘gadis paling cantik’.”
Dalam kehidupan jejaring sosialnya tiap remaja memiliki kecenderungan yang sama. Mereka akan melakukan “kunjungan rutin” kepada beberapa temannya, melihat status sampai foto-foto terbaru mereka yang terangkat pertama kali lewat dinding umum dan stream. Setiap foto atraktif akan mendapatkan banyak komentar dan perlahan-lahan setiap pengguna yang melihatnya meningkatkan harapan mereka untuk menunggu foto selanjutnya yang lebih “wah”, dari semua sisi. Proses inilah yang dipercaya menjadi gerbang beberapa kejahatan dan pelecehan yang memanfaatkan foto-foto terpublikasi.
Percaya pada citra baik
Harus disadari, dalam kehidupan jejaring sosial abad ini foto tetaplah jadi jalan pintas terbaik untuk membangun citra pribadi orang. Baik dalam hal akses maupun ekses yang lebih banyak karena faktor ketidak-hati-hatian. Karena hampir semua pengguna akan mengalami kecenderungan sama tentang hal ini, mulailah dirumuskan beberapa petunjuk penting agar Anda tidak terjebak dalam pusaran pencitraan singkat foto profil di jejaring sosial. Orang-orang harus percaya selalu ada citra baik dalam diri mereka, yang bisa disampaikan di semua media pergaulan.
Oscar del Santo, pakar pemasaran yang pernah mendapatkan penghargaan “Top Social Media Influencer” dari persatuan media Spanyol dan Amerika Latin memberikan beberapa hal yang bisa jadi senjata bagi Anda yang mengandalkan pembangunan personal branding menggunakan foto profil. Seperti dibagikan socialmediatoday.com, berikut poin-poinnya.
- Konsistensi. Dengan menggunakan foto yang sama untuk semua laman dan jejaring sosial yang Anda ikuti, akan lebih udah bagi orang-orang dalam mengenali Anda dan membantu Anda membangun citra yang tidak langsung diinginkan.
- Gambar Bercerita. Meski harus mencari gambar terbaik tentang diri Anda, upayakanlah ada kisah di balik gambar itu. Jika Anda lebih menyukai pose foto KTP dengan pose standar, maka biarkanlah ketegapan badan dan senyum manis Anda itu bisa meyakinkan orang-orang bahwa Anda orang yang serius dalam banyak hal. Jika lebih suka foto ilustrasi daripada foto wajah sendiri, gunakanlah yang paling mewakili pribadi Anda. Fokus pada hal-hal penting saja, tanpa harus mengabaikan seberapa pentingnya Anda bersikap baik pada teman-teman.
- Sesuaikan dengan citra pribadi. Gunakan foto profesional akan lebih menjanjikan dalam hal pembangunan citra. Misalnya ketika Anda seorang staf administrasi di kantor publik, muatlah foto Anda saat baru pertama kali kerja. Kemudian perbaharui saat Anda mendapatkan promosi dan bisa membeli jas yang lebih bagus. Jika pelajar, gantilah foto profil setiap naik kelas, atau saat-saat tertentu mendapatkan prestasi yang bisa menunjukkan perkembangan Anda.
- Jangan abaikan tanggapan. Setiap komentar terhadap foto Anda adalah masukan positif, terlepas dari apapun isi komentarnya. Bahkan jika ada orang yang menarik jempolnya kembali dari album Anda, itu bisa jadi evaluasi baik bagaimana seharusnya Anda bergaya atau memasang foto. Foto terbaik mendapatkan komentar positif paling banyak. Itu hukum dasar yang mudah dipahami.
Kecenderungan ingin diperhatikan yang dimiliki banyak remaja pengguna jejaring sosial masa kini tetap bisa jadi produktif dan membangun citra personal dalam sisi yang baik. Ketika citra bertumpu pertama kali pada pemuatan foto di jejaring sosial, segala hal jadi mungkin, termasuk membuat citra sebaik-baiknya. Biarlah foto profil menguatkan informasi biografi singkat Anda. Memberitahukan orang-orang seperti apa pribadi Anda, dan pertemanan seperti apa yang Anda inginkan.