[caption id="attachment_138231" align="aligncenter" width="680" caption="Ilustrasi (marioncountymessenger.com)"] [/caption] Seminggu terakhir saya melihat beberapa tulisan opini di Kompasiana mulai berisi konten provokasi. Bagus juga untuk pendewasaan. Dalam hemat saya, para penulis opini di Kompasiana yang memuliakan sesama ini sebetulnya belajar banyak dari pengalaman-pengalaman sebelumnya, khususnya perihal beropini. Itu bisa dimengerti. Hanya saja, saya berpikir bahwa konteks "bebas beropini" semestinya dimaknai secara lebih esensial, bukan literal. Frasa "Bebar Beropini dan Menyatakan Pendapat" sebetulnya adalah bahasa baku yang membentuk istilah untuk menggambarkan hak yang diberikan kepada seseorang atau kelompok untuk menyatakan pandangannya terhadap sesuatu. Frasa ini pun tertuang dalam konstitusi negara kita. Namun, nampaknya pemaknaan ini masih dangkal bagi sebagian kita. Masih banyak yang mengaggap bahwa bebas beropini sama dengan memiliki kebebasan tak terbatas untuk menaruh penilaian terhadap sesuatu.
"Ini kan forum beropini, jadi saya berhak dong memuat opini saya tentang apapun."
KEMBALI KE ARTIKEL