Satria berlari sekencang mungkin. Map itu terselip di bawah ketiaknya. Tasnya terguncang-guncang saat langkahnya bergantian menapaki trotoar jalan kota itu. Ia sama sekali tak melihat ke belakang. Di depannya, ia bisa melihat keramaian yang bisa ia manfaatkan. Setelah beberapa kali berbelok, ia tiba di sebuah pasar seni yang mulai ramai.