SelainĀ masalah ketahanan pangan, energi dan ekonomi, rasa-rasanya ada beberapa isu penting yang belum disuarakan kedua calon presiden. Jika citra Prabowo dengan Gerindra selalu diiklankan hanya dengan sektor pangan dan nasionalisasi industri, capres Joko Widodo justru lebih misterius karena belum mau sesumbar soal arah kebijakannya jika terpilih kelak. Lalu, bagaimana komunitas dunia mendukung siapapun yang terpilih nanti?
Karena presiden merupakan kepala pemerintahan (ke dalam) sekaligus kepala negara (ke luar), banyak pengamat khawatir arah kebijakan kedua capres tumpul atau tidak konkret menghadapi dunia luar. Ini cukup menarik manakala arah kebijakan mendasar di dalam negeri (pangan, energi, kebijakan politik, penegakan hukum, dll.) sangat menonjol di media.
Padahal mau tidak mau, helatan pemilihan umum 2014 di Indonesia akan menjadi magnet diplomatik penting bagi dunia. Tidak cuma soal arah kebijakan presiden selanjutnya terkait batas-batas regional, tetapi juga soal sejauh mana peran Indonesia untuk angkat bicara di beberapa isu penting yang saat ini masih jadi masalah global.
Joko Widodo oleh banyak media internasional dipandang sebagai bentuk dari kebaruan politik dan inovasi pemerintahan. Predikatnya berada di jajaran wali kota terbaik dunia melambungkan citra internasionalnya, bahkan sebelum popular sebagai Gubernur DKI Jakarta. Meski demikian, Jokowi masih buram soal bagaimana dia (jika terpilih), mewakili Indonesia dalam diskusi internasional yang selama ini sudah ditampilkan cukup baik oleh Presiden Yudhoyono.