Pardim gelisah. Di belakang rumahnya ternyata tinggal seorang ‘likang’, manusia jadi-jadian. Selama belasan tahun bertetangga damai pikirannya baik-baik saja. Makan-minuman diantarkan untuk dibagikan setiap ada rezeki berlebih. Anak-anaknya bermain di lahan kecil berumput liar yang sama dengan keponakan-keponakan lain. Tetapi desas-desus yang santer belakangan mengusik juga ketenangan dirinya. Rustin, tetangga persis belakang itu, memanglah seorang bidan. Dan kata desas-desus, kalau bukan dukun, pekerjaan bidanlah yang paling dekat dengan semua yang “jadi-jadian”. Kesenangan bagi mereka yang menjelma darinya adalah “memakan” bayi-bayi yang sebentar lagi dilahirkan.