Mohon tunggu...
KOMENTAR
Ilmu Sosbud

Menjerit dalam Kesendirian: Analisis Film

30 Mei 2024   21:00 Diperbarui: 8 Juni 2024   18:58 179 4
Istirahatlah Kata-Kata bercerita tentang kisah Wiji Thukul, seorang penyair yang karya-karyanya kritis terhadap ketidakadilan penguasa. Saat sebuah kerusuhan pecah di Jakarta pada Juli 1996, Wiji Thukul dan beberapa aktivis pro-demokrasi akhirnya ditetapkan sebagai pemicunya. Wiji pun lalu melarikan diri ke Pontianak dan tinggal selama 8 bulan di sana. Ia kerap berpindah-pindah rumah karena statusnya sebagai seorang buronan.
Film ini memperlihatkan kondisi pelarian Wiji Thukul yang dipenuhi dengan rasa ketakutan. Namun di saat bersamaan, Wiji Thukul tetap menulis puisi dan beberapa cerpen dengan menggunakan nama pena yang lain. Kehidupan tak nyaman juga dirasakan oleh keluarga Wiji Thukul di Solo. Sipon (Marissa Anita), istri Wiji Thukul, hidup penuh tekanan dengan pengawasan ketat polisi. Koleksi-koleksi buku Wiji Thukul pun disita dan Sipon sempat beberapa kali digelandang ke kantor polisi untuk dimintai keterangan.
Ia melarikan diri cukup jauh sampai Pontianak dan Sungai Kapuas yang berada di Kalimantan Barat agar tak diketahui pemerintah. Ia bersembunyi di rumah temannya, Thomas.
            Thukul pindah dari rumah ke rumah agar tidak ketahuan polisi. Dalam pelarian itu ia mengaku bahwa hidup menjadi buronan lebih menakutkan ketimbang menghadapi sekumpulan orang bersenjata. Koleksi-koleksi buku Wiji Thukul pun disita dan Sipon sempat beberapa kali digelandang ke kantor polisi untuk dimintai keterangan. Film ini mengritik kentalnya budaya militer era Orde Baru dengan cara amat satir, cenderung lucu, dan cukup berbobot.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun