Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Apa Kata Hati Kecilku?

17 Februari 2012   05:09 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:32 279 0
Hari pernikahan suamiku sudah berlalu, tapi aku masih belum mampu mengtasi lukaku. Sekeping hati yg hancur berantakan belum mampu tertata kembali. Aku tenggelam dalam torehan luka belati cinta suamiku.

Kesedihan blm berlalu dari hariku, airmata blm mau berhenti mencuci kelopak mataku, hujan jarum di hatiku juga belum reda. Masih terasa sakit ini. Sudah berlalu lebih dari 24jam suamiku nggak bisa aku hubungi. Email,sms,panggilan telponku tak mendapat respon. Pastinya dia sibuk dg istri barunya. Aku nggak mau memikirkn yg nggak2 ttg mereka, tapi bayangan demi bayangan muncul bergantian mengganggu mindaku. Aku merasa begitu kehilangan segala perhatian suamiku. Semula dia selalu menelpon tiap pagi, kini jangankan menelpon, di telpon aja nggak merespon.

Ternyata cinta tak selamanya anugrah bagi seseorang, karena bagiku cinta yg datang dalam kehidupanku hanya membawa luka. Berapa kali cinta membalut hatiku, tapi tak lama berubah menjadi monster mengerikan yg kemudian menhancur luluhkan hidupku. Hancur berantakan,meninggalkan bekasĀ  yg lama keringnya, dan akan selau berbekas selama aku masih bernafas, bahkan mungkin akan membekas walau raga sudah berpisah dg nyawaku nanti. CINTA adalah MUSIBAH bagiku, DAJJAL yg menjanjikan surga tapi memberikan neraka.

Dua tahun cinta menyanjungku,membahagiakanku,membelai lembut hati dan hariku, namun akan sampai berapa tahun lagi cinta menghancurkan segala yg kubina, cinta yg semula memberiku sinar terang kini justru menyuguhkan mendung yg tiada ujungnya. Hariku menjadi tiada gairah semangat hidup. Semuanya meredup,semua sinar mati kecuali satu sinar yg masih dan kuharap selalu mampu kuikuti, sinar yg Maha pencipta, Allah s.w.t.

Aku hanya takut kalau sampai rasa putus asa menghampiri jiwa, aku kasihan saat memandang buah hatiku menghampiriku, betapa bangga aku melihat putriku yg mencoba menghiburku saat ia melihat mamanya menangis di atas sajadah. Bercanda walau akhirnya ia ikut menangis tanpa tau apa yg membuat mamanya menangis.

Hati ini menjadi rapuh, kakiku terasa berat menyangga tubuhku, mataku jd selalu sembab, kepalaku sakit,tidur tiada lena. Aku coba tuk mengalihkan pikiranku pd hal lain, tapi tetap aja nggak bisa konsen. Selalu tanganku gatal menelpon suamiku walau yg muncul wajahnya di layar hp, yg akhirnya membuatku tambah kecewa, dan airmata yg lagi2 mencuci kelopak mataku.

Aku hanya berharap mendapat kekuatan menjalani semua ini. Karena aku belum siap menghadapi sebuah perceraian lagi. Aku tak ingin larut dalam perih ini. Aku harus belajar menyesuaikan diri dg keadaan suami yg terbagi. Aku akan coba bertahan sampai sejauh mana Tuhan mengujiku. Namun seperti kata ibuku, aku akan bertaha selagi aku mampu bertahan. Tapi aku takkan bertahan andai semua hanya membuatku menderita nlahir bathin. Aku ingin membahagiakan keluargaku. Dg melihatku seperti sekarang ini tentunya mereka merasa sakit jg.

Terimakasih sobat kompasiana yg membaca artikel ini, aku minta do'anya aja, semoga ada hikmah disebalik kejadian yg kualami. aaammmiiinnn.........

Terima kasih kompasiana yg sudi menjadi teman curhatku. Memang hati ini merasa sedikit lebih baik setelah memainkan jari2ku pd keyboard.Membaca aneka kisah di kompasiana sedikit banyak sudah menhiburku.

Kenyataan pahit seorang istri berbagi suami

anisha-semarang

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun