Dulu, jauh sebelum kita terjebak dalam perselisihan pola pandang, kau selalu berani meyakinkanku untuk bertahan dengan tutur yang lembut. Namun, setelah kita menghadapi masalah demi masalah yang tak terprediksi, kau mulai menampakkan tabiatmu yang asli. Tabiat yang dapat aku jadikan alasan untuk memohon perpisahan dengan sah. Tapi, apa aku melakukan itu? Tidak. Bukan berarti aku bodoh, hanya saja aku masih meyakini bahwa titik pisah kita masih jauh. Banyak kepingan puzzle yang harus sama-sama kita susun untuk akhirnya tahu, akhir dari perjalanan ini akan berwujud seperti apa.
KEMBALI KE ARTIKEL