Inovasi tersebut nantinya akan berbentuk web dengan nama "Lapak Desa" yang melibatkan adanya operator yang bertugas membantu pelaku UMKM dalam memasarkan produk mereka serta menghubungkan langsung dengan konsumen. Operator ini mencakup dua peran utama, yaitu layanan seperti Grab yang mendukung distribusi dan pengiriman produk secara efisien, serta pengelola web yang bertanggung jawab atas operasional dan pengembangan platform digital.
Dalam sosialisasinya, Mirza Kurniawan selaku narasumber menjelaskan bahwa nantinya operator dan pelaku UMKM dapat bekerja sama dalam menentukan harga pokok dan harga jual produk, dengan ongkos kirim ditentukan oleh operator. Hal ini memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan harga dan pengiriman, yang berpotensi lebih menguntungkan bagi kedua belah pihak.
"Dibandingkan dengan platform e-commerce besar lain di mana sebagian besar keuntungan mengalir ke pemilik aplikasi, model ini lebih ideal karena keuntungan dari pengelolaan web Lapak Desa akan kembali ke desa yang pada akhirnya dapat digunakan untuk menyejahterakan masyarakat setempat." Imbuhnya
Melalui lapak desa yang rencananya akan launching pada 25 September 2024 ini pelaku UMKM di desa dapat memperluas jangkauan pasar mereka terutama pelaku umkm yang belum terjamah masyarakat luas. sementara itu konsumen juga dapat dengan mudah mengakses produk-produk lokal yang otentik, menciptakan ekosistem yang saling menguntungkan antara penjual dan pembeli.
Endro selaku pelaku umkm kerajinan kayu berharap dengan adanya mahasiswa KKN IAIN Kudus di desa klampok ini nantinya pendataan untuk lapak desa akan segera di lakukan sehingga dapat segera terlaksana sebagaimana yang di harapkan.
"Ini adalah program yang sangat bagus sekali, jadi tolong jangan sampai seperti tahun-tahun sebelumnya yang hanya berjalan sebentar lalu vakum. Selain itu, jangan hanya terfokus pada iklan online saja tetapi juga perlu adanya pembagian brosur offline sehingga bisa di kenal masyarakat luas" imbuhnya