“Argh......”. Aku menggigit ujung bibirku, menahan suaraku agar tidak berteriak. Tetesan darah keluar dari telapak kakiku. Oh, tidak. Aku menginjak paku yang terletek begitu saja di lantai. Dengan masih menggigit ujung bibir, aku mencabut paku itu. Sakit. Kulempar paku itu tepat didepan pintu berharap orang itu menginjaknya. Aku mengedarkan pandanganku kesekeliling ruangan. Beberapa bangku dan meja yang tersusun tak beraturan. Jendela-jendela dengan pemandangan atap-atap gedung bangunan, langit kelabu, dan bias mega kemerahan.Sudah sore, batinku. Di ujung ruangan ada pintu. Sebenaranya, aku sendiri ragu menyebutnya pintu, karena pintunya sendiri sudah tidak ada. Ah, Sekarang aku ingat, gedung ini adalah gedung sekolahku dulu yang terbakar. Lalu bagaimana bisa aku ada disini?