Mohon tunggu...
KOMENTAR
Fiksiana

Tawa dan Air Mata

7 September 2024   08:35 Diperbarui: 7 September 2024   08:44 45 0
Di panggung kehidupan, di mana drama silih berganti,
Ada dua peran setia, tak pernah terganti.
Mereka berdampingan, tak pernah berpisah,
Seolah terikat janji, dalam ikatan magis.
 
Yang pertama, si tawa, dengan gemerlapnya,
Menyapa dunia dengan riang, penuh semangat.
Ia menari-nari, diiringi melodi ceria,
Melepaskan beban, mengusir duka yang merana.
 
Ia hadir di saat suka, di saat bahagia,
Mengalir deras, membasahi hati yang gersang.
Ia mencipta warna, di kanvas hidup yang kosong,
Menyulap kesedihan, menjadi tawa yang merdu.
 
Yang kedua, si air mata, dengan kesedihannya,
Menetes perlahan, membasahi pipi yang pucat.
Ia hadir di saat duka, di saat lara,
Mengalir deras, membasahi hati yang terluka.
 
Ia meneteskan bulir, diiringi isak tangis,
Mencurahkan beban, yang tak tertahankan.
Ia menorehkan luka, di relung jiwa yang rapuh,
Menyisakan kenangan, yang tak terlupakan.
 
Tawa dan air mata, dua sisi mata uang,
Yang tak terpisahkan, dalam perjalanan hidup.
Tawa, sebagai pelangi, menghiasi langit jiwa,
Air mata, sebagai hujan, menyiram taman hati.
 
Mereka bergantian, menyapa jiwa,
Menyentuh relung hati, dengan sentuhan magis.
Tawa, sebagai obat, menyembuhkan luka batin,
Air mata, sebagai penyejuk, meredakan panas jiwa.
 
Tawa dan air mata, dua sahabat sejati,
Yang tak pernah meninggalkan, dalam suka dan duka.
Mereka adalah bukti, bahwa hidup tak selalu mudah,
Bahwa di balik tawa, terkadang tersembunyi air mata.
 
Maka, sambutlah mereka dengan tangan terbuka,
Tawa dan air mata, dua pendamping sejati.
Biarkan mereka menyapa, dengan sentuhan magisnya,
Menyentuh relung jiwa, dengan makna yang mendalam.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun