Mohon tunggu...
KOMENTAR
Filsafat

Hubungan Baik antara Pengetahuan Filsafat dan Agama

25 Desember 2021   09:42 Diperbarui: 25 Desember 2021   09:46 93 0
Di dalam Kitab Suci al-Qur'an al-Karim Allah Swt mengungkapkan bahwa manusia itu diciptakan-Nya adalah untuk menjadi khalifah/pemimpin di muka bumi. Artinya manusia itu diciptakan oleh Tuhan adalah untuk mengatur, mengolah dan mengelola alam semesta ini agar bermanfaat tidak hanya untuk dirinya saja, akan tetapi juga bermanfaat untuk alam secara keseluruhan, baik manusia itu sendiri, binatang, tumbuh- tumbuhan dan lain-lain sebagainya.

Untuk mengatur alam semesta ini dibutuhkan beberapa keterampilan, baik keterampilan dalam bidang manajemen, tata kelola, strategi, logika, pemikiran, nalar, dan lain-lain sebagainya, tanpa itu sulit dan bahkan tidak mungkin bisa mengatur, mengolah dan mengelola alam ini secara baik dan benar, bahkan bisa menimbul bencana di muka bumi.

Sebenarnya hakikat manusia itu adalah mahkluk pencari kebenaran, karena ia dibekalikan oleh Allah Swt dengan akal pikiran, akan tetapi akal pikiran yang suci yang tidak terkontaminasi dengan yang lain, yang dibimbing oleh nilai-nilai agama, karena dengan akan pikiran yang dibimbing oleh nilai-nilai agama itulah yang bisa mencapai kebenaran.

Paling tidak ada tiga sarana atau jalan untuk mencari, menghampiri dan menemukan kebenaran itu, yaitu: melalui filsafat, melalui ilmu pengetahuan dan melalui agama, yaitu melalui wahyu dari Sang Pencipta Kebenaran yang Mutlak dan Abadi. Antara filsafat dan ilmu memiliki tujuan yang sama, yaitu mencari kebenaran. Dari aspek sumber, filsafat dan ilmu memiliki sumber yang sama, yaitu akal atau rasio. Karena akal manusia terbatas, yang tak mampu menjelajah wilayah yang metafisik, maka kebenaran filsafat dan ilmu dianggap relatif, nisbi. Sementara agama bersumber dari wahyu, yang kebenarannya dianggap absolut, mutlak.

Dari aspek objek, filsafat memiliki objek kajian yang lebih luas dari ilmu. Jika ilmu hanya menjangkau wilayah fisik (alam dan manusia), maka filsafat menjangkau wilayah bail fisik maupun yang metafisik (Tuhan, alam dan manusia). Tetapi jangkauan wilayah metafisik filsafat (sesuai wataknya yang rasional-spikulatif) membuatnya tidak bisa disebut absolut kebenarannya. Sementara agama (baca: agama wahyu) dengan ajaran-ajarannya yang terkandung dalam kitab suci Tuhan, diyakini sebagai memiliki kebenaran mutlak. Agama dimulai dari percaya (iman), sementara filsafat dan ilmu dimulai dari keraguan. Ilmu, filsafat dan agama memiliki keterkaitan dan saling menunjang bagi manusia. Keterkaitan itu terletak pada tiga potensi utama yang diberikan oleh Tuhan kepada manusia, yaitu akal, budi dan rasa serta keyakinan. Melalui ketiga potensi tersebut manusia akan memperoleh kebahagiaan yang sebenarnya.

 Ketiga sarana atau jalan itu masing-masing mempunyai ciri-ciri tersendiri di dalam mencari, menghampiri dan menemukan kebenaran itu. Ketiga sarana tersebut juga mempunyai titik persamaan, titik perbedaan dan titik singgung (hubungan) antara yang satu dengan yang lainnya.

1.Titik Persamaan
Filsafat, ilmu pengetahuan dan agama adalah bertujuan setidak- tidaknya berurusan dengan hal-hal yang sama, yaitu kebenaran dan bertindak atas dasar rumusan mengenai suatu kebenaran tersebut. Seperti filsafat berusaha untuk mencari kebenaran dengan jalan menggunakan akal, pikiran dan logika, ilmu pengetahuan berusaha mencari kebenaran dengan menggunakan metode ilmiah melalui penelitian-penelitian, sementara itu agama berusaha untuk menjelaskan kebenaran itu melalui wahyu dari Tuhan.

2. Titik Perbedaan
Filsafat dan ilmu pengetahuan kedua-duanya adalah sama-sama bersumber kepada ra'yu (akal, pikiran, budi, rasio, nalar dan reason) manusia untuk mencari kebenaran. Sementara itu agama mengungkapkan, menjelaskan dan membenarkan suatu kebenaran adalah bersumber dari wahyu.

Filsafat mencoba mencari kebenaran dengan cara menjelajahi atau menziarahi akal-budi secara radikal (berpikir sampai ke akar-akarnya), mengakar, sistematis (logis dengan urutan dan adanya saling hubungan yang teratur) dan intergral (universal: umum, berpikir mengenai keseluruhan) serta tidak merasa terikat oleh ikatan apapun, kecuali oleh ikatan tangannya sendiri, yaitu logika.

3. Titik Singgung
Tidak semua masalah yang dipertanyakan manusia dapat dijawab secara positif oleh ilmu pengetahuan, karena ilmu pengetahuan ituterbatas; terbatas oleh subjeknya dan terbatas pula oleh objeknya (baik objek materi maupun objek forma), dan terbatas juga oleh metodologinya. Tidak semua masalah yang tidak atau belum terjawab oleh ilmu pengetahuan, lantas dengan sendirinya dapat dijawab oleh filsafat. Jawaban filsafat sifatnya adalah spekulatif dan juga merupakan alternatif tentang jawaban sesuatu masalah, artinya jawaban filsafat itu belum pasti dan masih bisa atau mungkin berubah.


Sehingga ilmu, filsafat dan agama mempunyai hubungan yang terkait dan reflesif dengan manusia artinya keduanya tidak ada alat penggerak dan tenaga utama di dalam diri manusia, yang dikatakan alat dan penggerak tenaga utama pada diri manusia adalah akal, pikiran, rasa, dan keyakinan.

Dengan alat ini manusia akan mencapai akan kebahagian dirinya. Agama dapat menjadi petunjuk, pegangan serta pedoman hidup bagi manusia dalam menempuh hidupnya dengan harapan penuh keamanan, kedamaian, dan kesejahteraan. Manakala manusia menghadapi masalah yang rumit dan berat, maka timbullah kesadaranyna, bahwa manusia merupakan makhluk yang tidak berdaya untuk mengatasinya dan timbulnya kepercayaan dan keyakinan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun