Angkutan umum favorit saya di Singapura adalah kereta bawah tanah yang disebut MRT. Kereta ini dapat membawa saya ke pelosok negri ini dengan cepat, efisien dan juga relatif terjangkau..Asyiknya lagi dengan kartu langganan EZ Link, saya tidak usah membeli tiket setiap naik, tapi hanya perlu mengisi ulang setiap saldonya sudah hampir habis.
Kali ini tujuan saya adalah stasiun Raffles Place yang merupakan persimpangan antara North South Line dan East West Line. Stasiun ini tepat berada di kawasan kota tua Singapura. Walaupun dalam hati saya suka tertawa karena setua-tuanya kota tua di Singapura usianya belum ada yang lebih dari 200 tahun.
Ketika kereta saya berhenti di Raffles Place, saya melangkahkan kaki ke pintu keluar yang menuju keBattery Road. Di kawasan ini gedung-gedung pencakar langit menghiasi cakrawala kota. Sementara langit kota Singapura masih menyemburkan cahaya senja yang kian temaram.
Begitu muncul di permukaan jalan,saya segera menuju ke tepian Singapore River,Tampak air yang tenang dan lumayan jernih dan beberapa perahu yang sedang berlayar dengan latar belakang gedung-gedung jangkung. Di tepian sungai ini, banyak sekali warga yang sedang bercengkerama menghabiskan waktu senja, banyak juga yang sedang jogging di sepanjang tepian sungai.
Ada beberapa gedung yang menjadi land mark kota Singapura di kawasan ini, setelahmelawati gedung Bank of China, saya melihat sebuah hotel yang cukup tua dan klasik yaitu Fuillerton Hotel.Di dekatnya sebuah jembatan berwarna putih dan klasik dapat membawa kita menyebrang menuju bangunan AsianCivilization Museum.
Jembatan ini dinamkan Cavenagh Bridge, berdasarkan nama seorang GubernurStrait Settlement yang bertugas di Singapura pada 1859 sampai 1867, yaitu Major General Orfeur Cavenagh.Di ujung jembatan tertulis semacam peringatan bahwa jembatan ini tidak boleh dilewati oleh kuda dan juga ternak.
Saya terus berjalan ke halaman Asian Civilization Museum yang cukup luas. Di sini pun ramai orang yang duduk-duduk sambil menikmati pemandangan sungai dan juga orang yang berolahraga.Di halaman museum ini juga terdapat patung dada beberapa pemimpin Asia yang terkemuka, di antaranya patung dada Deng Xiao Ping dan juga Ho Chin Mihn.
Ketika berjalan di dekat Fuillerton Hotel, sebuah prasasti dengan relief seorang penulis terkenal tampak terpampang dengan manisnya.Prasasti ini dibuat untuk mengenang seorang sastrawan Inggris kelahiran Polandia Joseph ConradKorzeniowski (1857-1924) yang dengan salah satu bukunya “The end of the Tether” ikut memperkenalkan kawasan Singapura dan juga Kepulauan Nusantara.
Hari pun semakin gelap, dan saya kemudian kembali ke stasiun MRT Raffles Place dengan beberapa tambahan pengetahuan yang lebih baik tentang pusat kota Singapura. Ternyata belajar pun dapat dilakukan sambil berjalan-jalan!
Singapura Sep 2012