Di kebanyakan negara, usia 12 tahun biasanya dijadikan garis batas untuk menentukan seseorang termasuk kategori dewasa atau anak-anak. Bukan dalam bidang hukum , melainkan untuk menentukan tarif pelayanan umum . Dengan status anak-anak ini maka harga spesial yang biasanya setengah harga juga diberlakukan baik untuk membeli tiket pesawat terbang, kereta api, dan angkutan umum lainnya termasuk untuk masuk ke museum atau tempat-tempat wisata.
Namun kisah perjalananku yangsangat berkesan ke salah satu negara di Eropa Utara pada tahun 2009 lalu membuktikan walau usiaku sudah 16 tahun dengan tubuh yang lebih besar dari ayahku, aku masih dapat menikmati status dan harga istimewa sebagai “anak-anak”.
Perjalanan menuju Helsinki dimulai dengan pesawat Airbus A320 Finnair yang tinggal landas dari Bandara Schipol di Amsterdam.Salah satu ciri menarik dari Finnair adalah tingkat keperdulian yang sangat tinggi untuk kelestarian lingkungan, sehingga tampak pada pelayanan di udara yang juga ramah lingkungan. Para penumpang bahkan langsung dilibatkan aktif untuk memilah sampah organik dan unorganik, termasuk juga sampah yang bisa didaurulang langsung dari kabin pesawat.
Setelah terbang hampir dua jam akhirnya pesawat saya pun mendarat di Bandara Internasional Helsinki yang disebut Vantaa.Bandaranya sendiri tidak terlalu besar dibandingkan dengan Bandara Schipol di Amsterdam ataupun Soekarno-Hatta di Cengkareng, namun fasilitasnya cukup modern dan sangat teratur.
Banyak pilihan untuk mencapai pusat kota Helsinki yang jaraknya sekitar 20 kilometer itu. Taksi merupakan pilihan yang paling cepat namun juga yang paling mahal, ongkosnya bisa sampai 50 Euro. Akhirnya kami memilih untuk naik Finnair Bus yang kebetulan akan mengantar kami sampai ke terminal bus yang terletak di dekat stasiun dan juga sangat dekat dengan hotel tempat kami menginap.
Ongkos untuk satu orangnya Euro 6.20. Karena kami bertiga, ayah sudah menyiapkan untuk membayar dengan uang 20 Euro. Namun supir bertanya berapa umur saya dan adik saya yang tubuhnya memang masih terlihat kecil walau sudah berumur 12 tahun. Ketika saya menjawab 16 tahun, maka dia pun berkata bahwa saya dan adik hanya perlu membeli tiket anak-anak sehingga ayah hanya perlu membayar 12 Euro 40 sen saja.
Setelah sekitar 35 menit naik bus yang besar dan nyaman., akhirnya kami pun sampai di terminal bus persis di depan Central Station Helsinki yang dalam Bahasa Finlandia disebut Rautatieasema. Bus kami berhenti sebentar di Scandic Continental Hotel. Kebetulan Hotel kami terletak di dekat Central Railway Station, sehingga kami hanya perlu jalan kira-kira 50 meter dari terminal Bus Finnair.
Pengalaman kedua sebagai anak-anak terjadi pada saat kami bertiga ingin berkeliling kota dan menikmati tempat-tempat yang menarik di ibukota Finlandia ini. Sebagai salah satu kota yang modern di Eropa, angkutan umum di Helsinkiada banyak pilihan termasuk tram, bus, ferry dan juga kereta bawah tanah yang disebut metro.
Tiket sekali jalan cukup mahal , asyiknya ada tiket yang berlaku selama 24 jam dengan harga 7 euro yang disebut HSL Day Ticket (matkailijalippu) dan berlaku untuk perjalanan baik dengan tram metro dan bus. Sistem transportasi di kota Helsinki dikelola oleh HSL atau…Helsingen Seudun Liikenne (Helsinki region Transport) dan cukup baik serta terintegrasi.Dengan tiket seharga 7 Euro yang kami beli di Stasiun Metro Rautatientori atau Järnvägstorget / Central Railway Station , kami juga dapat menyebrang naik HKL ferry ke Suomenlinna dari Market Square (Kauppatori). Dan sekali lagi saya dan adik saya pun dapat membeli tiket setengah harga karena masih termasuk anak-anak.
Perjalanan saya selama 4 hari di Helsinki cukup banyak memberikan pengalaman yang berkesan di ibukota Finlandia yang pada bulan Agustus selalu dipenuhi sinar matahari. Karena matahari hampir tidak pernah tenggelam di kota ini, maka kita dapat dengan puas berkeliling kota sampai malam hari dan kaki menjadi lelah.
Selama pengembaraan saya di Helsinki, hampir semua tempat menarik sudah saya kunjungi. Ada yang gratis, ada juga yang bayar.Yang paling menarik adalahStadion Olympiade Helsinki yang menjadi tuan rumah Olympiade tahun 1952 ketika Indonesia untuk pertamakalinya berpartisipasi pada pesta olah raga terbesar sedunia ini.
Tentu saja masih banyak tempat lain yang sempat dikunjungi sepertiSeurasaari Open Air Museum yang merupakan Taman Mini Versi Finlandia, dan Korkeasaari Zoo, . Selain itu Linnamaki Park yang mirip Dunia Fantasi dan tentu saja Sea Life Helsinki yang menarik.
Asyiknya semua tempat tadi dapat dikunjungi dengan bus, tram ataupun ferry dan tiket masuknya menjadi lebih ekonomis berkat status saya yang masih anak-anak !
Foto: Dokumentasi Pribadi