Setiap kali berkunjung ke Yogyakarta, saya selalu menyempatkan diri mampir ke Malioboro. Sepotong Jalan dari Stasiun Tugu terus ke Selatan sampai di perbatasan dengan Jalan Achmad Yani ini. Akan tetapi, biasanya perjalanan diteruskan ke selatan sampai melewati Jalan Achmad Yani dan ke Alun-alun Utara sampai ke Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.
Saya memulai perjalanan saya dari Tugu yang menurut kisah dulunya di sinilah awal Malioboro. Sejarah bercerita bahwa Malioboro didirikan bersamaan dengan didirikannya Kraton Yogyakarta yang terbentuk sebagi hasil dari Perjanjian Giyanti dimana Kesultanan Mataram dibagi dua yaitu Surakarta dan Yogyakarta.
Malioboro sendiri merupakan satu kesatuan garis imajiner yang lurus dari Laut Selatan, Keraton, terus ke Tugu dan sampai ke utara di Gunung Merapi. Jadi pada awalnya Malioboro terbentang dari Kraton sampai Tugu yang sekarang menjadi perbatasan antaran Jalan Pangeram Mangkubumi, Jalan Jendral Sudirman dan juga Jalan Diponegoro.
Keunikan jalan ini adalah kalau kita mendengar nama Malioboro, sudah pasti hanya ada di Yogyakarta, tidak seperti kalau kita mendengar nama Jalan Jendral Sudirman yang ada di seluruh kota besar maupun kecil di Indonesia.Menurut asal katanya kata Malioboro berasal dari dua kata yaitu Malio yang berarti Mulia dan Boro yang berarti jalan yang dihiasi untaian bunga.
Menurut cerita , pada jaman dahulu, jalan ini merupkan jalan pertama yang ada di kota Yogyakarta, dan seandainya ada tamu agung maka melalui jalan ini pula akan disambut dan pohon-pohon besar di sepanjang jalan ini akan dihiasi oleh untaian bunga.
Namun sekarang dari Tugu kita akan melewati Jalan Pangeran Mangkubumi. Di jalan ini masih terdapat beberapa bangunan tua yang menarik. Salah satunya adalah kantor surat kabar paling terkenal di Yogya yaitu Kedaulatan Rakyat. Dan diujung jalan ini pas di Stasiun Tugu yang dibangun di akhir abad ke 19, masih terdapat bangunan tua bekas tangsi tentara yang penah menjadi Hotel Tugu.
Memasuki Jalan Malioboor, yang wajahnya sekarang terlalu padatdan sarat dengan kepentingan ekonomi, masih terdapat sisa-sisa kejayaannya pada masa lalu. Bangunan perpustakaan daerah yang terletak di no 175 masih berdiri walau tampak sedikit kusam. Di sebelah kiri jalan , selain jalur lambatnya sudah berubah fungsi menjadi tempat parkir motor, masih dapat dijumpai kompleks pemerintah daerah Yogyakarta.
Masih ada juga hotel Garuda yang dibangun pada awal abad ke duapuluh. Dan beberapa bangunan lama lainnya. Namun banyak juga bangunan yang sudah berubah bentuk sehingga tidak sesuai dengan fungsi Malioboro sebagai “Cultural Heritage”. Pembangunan beberapa Mal disepanjang Malioboro juga terasa kurang serasi dengan keaslian jalan utama di kota ini,
Salah satu ikon kota Yogyakarta yang terdapat di ujungjalan Achamd Yani adalah Pasar Beringharjo, yang merupakan pasar tradisional terbesar di Yogyakarta, yang menurut kisah dibangun di tempat yang dulunya merupakan hutan beringin. Diujung jalan Achamd Yani juga terdapat bangunan Benteng Vredeburg yang didirikan Belanda di pertengahn abad ke 18. Sementara di depannya juga terdapat Gedung Agung yang juga merupakanpeninggalan jaman kolonial karena dulunya merupkan tempat tinggal pejabat tinggi Belanda.
Walaupun sudah banyak berubah, berjalan di sepanjang jalan ini, masih tetap menarik. Kumpulan mobil, padatnya parkir sepeda motor, deretan tukang becak dan andong meramaikan jalur cepat dan jalur lambat jalan Malioboro. Beberapa halte Trans Jogja juga hadir disini, sementara wisatawan domestik dan mancanegara juga tidak kalah sibuknya lalu lalang melihat-lihat deretan pedagang kaki lima yang tidak ada habis-habisnya memenuhi trotoar sepanjang jalan.
Tempat yang paling menarik, memang berada di ujung selatan dimana benteng Vredeburg dan Gedung Agung berada, Di sini, kawasan kaki lima dan trotoar dilengkapi dengan kursi taman dan patung-patung penghias jalan. Deretan pedagang makanan dan minuman bercampur baur dengan pejalan kaki. Sebuah toko yang menjual batik, cendera mata , makanan, dan pernak-pernik kota Yogya serta pedagang kaki lima yang menjual T-Shirt juga berada di kawasan ini.
Kalau kita berada disini, dan ingin menikmati kota Yogya, mau tidak mau kita akan terbawa oleh suasananya yang unik. Suasana Yogya yang tidak dapat terbeli dengan uang dan tidak ada di kota lain di dunia ini.
Selamat datang di Yogya dan menikmati suasana Malioboro yang sekarang tidak sepanjang dulu lagi.