Mohon tunggu...
KOMENTAR
Money

Kepemimpinan: Membangun Seni Kepekaan

9 Maret 2013   10:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:04 520 1

Orang melakukan sesuatu yang orang lain belum melakukan. Gambaran yang pas sebagai salah satu indikator kepemimpinan. Dalam ranah pendidikan sering disebut dengan trial and error. Sebuah istilah yang telah menjadi rumusan untuk segala macam bidang kehidupan. Pesawat terbang tidak pernah akan kita lihat dan rasakan melayang diudara, tanpa didahului dengan berbagai macam percobaan.

Harry S. Truman pernah berujar "Leadership is the ability to get men to do what they don't like to do and like it. Kalimat yang mujarab untuk mebangkitkan semangat kebangsaan, dikala masyarakat sedang dilanda kelesuan. Pemimpin akan melakukan sesuatu dimana orang lain belum melakukan. Cercaan, cibiran, bahkan perlawanan fisik tak pernah henti menghampiri dari pribadi seorang pemimpin.

Kepemimpinan dapat dipelajari. Menjadi pemimpin tidak serta merta jatuh dari langit. Menjadi pemimpin bukan karena trah keturunan. Namun seni memimpin perlu belajar. Dipraktekkan secara terus menerus.

Kepala sekolah, sebagai seorang yang diberi mandat untuk memimpin dalam dunia pendidikan, adalah orang yang telah menjalani berbagai macam kepemimpinan dan diprediksikan mampu untuk menjadi nahkoda sekolah. Prosesnya tidak berjalan seketika. Memiliki watak yang tangguh dan selalu konsisten serta kontinyu, merupakan karakter yang harus dimiliki oleh kepala sekolah.

Ada empat kemampuan yang harus dimiliki oleh kepala sekolah dalam hal kemampuan mengelola pribadi maupun orang lain.

Pertama : Kemampuan membangkitkan semangat orang lain untuk terlibat

Mengajak bukan syarat utama untuk menyuruh orang lain terlibat dalam kegiatan. Mengajak barulah syarat minimal. Belum tentu orang lain akan menunjukkan sikap kooperatif, bila hanya sebatas diajak. Sebelum kepala sekolah mengajak orang lain, memberi contoh merupakan syarat mutlak. Disamping itu, kepala sekolah harus berbaur dengan lingkungan orang lain secara emosi. Sehingga kalimat ajakan bukanlah sebuah perintah, tapi merupakan kebutuhan untuk berbuat bagi orang lain.

Kedua : Berfikir Sistem

Dahulu, kepala sekolah bisa diibaratkan sebagai sub sistem sosial. Sistim masyarakat yang berjalan saat itu adalah feodal. Kepemimpinan bersifat terpusat. Sehingga kepala sekolah hanya memberi perintah kepada bawahan untuk melakukan sebuah pekerjaan. Sekarang, kepala sekolah diibaratkan seorang manajer. Pekerjaan di sekolah makin komplek. Terlalu naif bila hanya dikerjakan oleh seorang diri. Kepala sekolah harus dibantu oleh wakil kepala sekolah. Sehingga kepala sekolah haruslah berfikir sistem, dan mengetahui dengan persis pembagian tugas masing-masing.

Ketiga : Kepemimpinan yag Berpusat pada Pembelajaran

Apapun visi dan misi yang diemban oleh sekolah, bahwa tujuan utama didirikan sebuah sekolah adalah tempat berlangsungnya proses belajar mengajar. Apapun alasannnya, orang tua mengirim putra/putrinya untuk pergi kesekolah adalah belajar. Sangat disayangkan jika sekolah melakukan kegiatan-kegiatan diluar pembelajaran. Kepala sekolah harus memiliki jiwa kepemimpinan yang berpusat pada pembelajaran.

Keempat : Sadar Diri

Betapapun hebatnya (dipandang secara akademik maupun sosial) kepala sekolah, dia harus sadar bahwa tanpa bantuan orang lain, tak akan mampu berbuat apa-apa. Secara pemikiran mungkin cemerlang, secara ide juga mencerahkan, wawasan luas. Namun pemikiran, ide dan wawasan harus dipraktekkan. Ide harus dibumikan agar ide tak hanya melayang-layang. Ide mesti dipraktekkan. Wawasan harus dibarengi dengan kondisi lingkungan. Dengan karya nyata, wawasan menjadi sebuah model yang dapat diaplikasikan oeleh lembaga lain.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun