Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Berhati-hati Terhadap Soal Pilihan Ganda

27 Juli 2012   08:54 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:33 1630 17

Suatu malam, saya membantu belajar anak saya yang baru masuk kelas 1 SD. Kebetulan buku yang dipelajari adalah PPKn. Bukunya berujud lembar kerja siswa (LKS). Untuk lebih enaknya saya tidak perlu menyebut percetakan dan karya penulisnya.

Pertanyaan berbentuk pilihan ganda. Pada soal no 5 tertulis : Orangtua laki-laki adalah : a. ayah, b. ibu, c. nenek. Kata anak saya tidak ada jawabannya. Dia hanya mengenal abah, karena tiap hari anak-anak saya memanggil saya dengan sebutan abah.

Saya buka halaman sebelumnya yang memuat bacaan. Siapa tahu ada gambar yang dapat membantu untuk menjelaskan kepada anak. Benar, dalam bacaan memang ada gambar satu keluarga yang berkumpul di ruang keluarga. Tetapi masing-masing gambar tidak ada tulisan ayah, ibu maupun anak. Itulah sebabnya anak saya mengatakan bahwa soal no. 5 tidak ada jawabannya.

Saya sebenarnya paling getol mempromosikan kepada kawan-kawan, agar kalau membuat soal jangan memakai pilihan ganda. Saya menekankan agar pembuatan soal ulangan lebih baik dengan cara uraian. Mengapa demikian?

1. Pembuatan soal dengan metode pilihan ganda harus memenuhi beberapa kaidah. Tidak asal-asalan. Hanya karena ada satu jawaban yang benar, lantas jawaban yang salah dibuat seadanya. Asal berbeda. Padahal dalam pembuatan soal pilihan ganda ada satu sifat yaitu distractor atau pengecoh.

2. Pembuatan soal pilihan ganda menghasilkan kertas lebih banyak, tetapi tidak merangsang anak untuk berfikir. Anak berfikirnya terbatas. Tidak bisa berkembang alur logikanya, dan tidak memberi ruang untuk berpendapat.

3. Tidak seimbang. Membuat soal pilihan ganda memerlukan waktu yang cukup lama. Lebih lama dari pada membuat soal uraian. Beberapa guru mengeluh, kalau siswa kurang menghargai soal. Karena, bila anak buntu berfikir dalam menjawab soal, ia hanya memainkan koin atau penghapus yang telah diberi tanda A, B, C atau D.

4. Model soal uraian, akan membimbing anak untuk mencurahkan kemampuan dalam bernalar dan member peluang untuk berpendapat. Jawaban lebih beragam. Bahkan terkadang kita jumpai jawaban yang belum pernah kita dapatkan. Siswa mempunyai cara tersendiri. Tapi bukankah itu yang kita inginkan? Dengan beragam pikiran dan wawasan anak, semakin luas cakrawala kita dalam memandang potensi anak.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun