Kehadiran manusia dalam komunitas bermasyarakat tidak sekedar berupa ujud badan atau fisik semata. Hidup dalam bermasyarakat artinya selalu berperan aktif dalam setiap menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat itu sendiri. Karena gerak masyarakat dinamis, tak jarang persoalan yang timbul tidak sedikit. Setiap saat hamper ditemua permasalahan yang bersinggungan dengan orang lain dan bahkan justru masuk dalam lingkaran yang pelik.
Oleh karena itu, menyelesaikan pergolakan dalam masyarakat tidak bisa diselesaikan hanya bermodalkan waktu yang cepat, apalagi hanya dibekali ketrampilan yang sederhana. Diperlukan orang yang trampil dan berpengalaman. Pendidikan sejak dini sangat diperlukan untuk difungsikan sebagai individu yang siap dalam menata pergaulan dengan lingkungan.
Kecakapan hidup perlu dimiliki baik sebagai personal maupun kelompok. Kecakapan yang dimaksud tidak hanya sekedar skill atau ketrampilan dalam bekerja, tetapi harus memiliki kecakapan yang lebih luas. Ada 4 kecakapan yang harus dimiliki, dalam menghadapi tuntutan dan tantangan dalam kehidupan secara lebih efisien.
1. Kecakapan Mengenal Diri.
Self Control dalam beberapa literatur manajemen menjadi faktor terpenting dalam mengembangkan organisasi. Organisasi merupakan sekumpulan beberapa orang yang mempunyai itikad yang sama dan tujuan yang sama, maka self control untuk pribadi akan mirip dengan organisasi. Pribadi manusia pasti memiliki tujuan. Entah tujuan jangka pendek maupun tujuan jauh kedepan. Diibaratkan seorang atlit lempar lembing. Atlit itu pasti berharap agar lemparannya dapat mencapai titik terjauh. Maka, sebelum melempar ia akan berfikir dan meninimbang-nimbang, seberapa berat benda yang akan dilempar, berapa jarak ideal untuk lari sebelum melempar, perlukah memakai alas kaki khusus agar kecepatan lari dapat optimal?
Demikian pula bila orang hendak bermasyarakat. Pastilah ia akan memiliki bekal agar kelak bisa berperan aktif dalam komunitasnya. Syarat minimal yang harus dimiliki adalah tahu secara persis tata kahidupan dalam masyarakat itu. Dengan demikian, ia tak akan canggung bila berinteraksi dengan sesamannya.
2. Kecakapan Berpikir.
Mengerti adat istiadat saja tidak cukup. Sopan santun saja tidak akan membawa harapan yang baik. Orang mesti harus berpikir terlebih dahulu sebelum berbaur. Sebab, secara individu pasti ia sudah punya tujuan yang spesifik. Dia tidak iangin kehilangan tujuan hanya karena bergaul dengan tata cara hidup dalam lingkungan itu. Orang mesti pandai-pandai membawa diri. Sebisa mungkin malah harus mampu mewarnai. Untuk bias mewarnai bukan hanya bekal kepandian yang ia miliki, tapi berfikir keras agar corak kehidupan dapat terbentuk.
3. Kecakapan Sosial.
Harapan semua orang adalah ingin memberi warna. Dengan corak warna yang khas tapi tidak meninggalkan akar kodrat manusia, maka komunitas itu akan menjadi ikon dalam tata kehidupan bermasyarakat.
Idaman hampir setiap orang adalah menjadi panutan. Hal ini sejalan dengan kata mutiara “setiap kamu adalah pemimpin”. Artinya bahwa sebenarnya secara fitrah (naluriah) setiap individu harus berperan aktif. Tidak menunggu perintah. Bila setiap anggota masyarakat memiliki itikad yang demikian, langkah selanjutnya adalah koordinasi.
4. Kecakapan Kejujuran.
Dalam realita, saat ini, banyak orang pandai. Banyak orang ahli. Banyak orang trampil. Namun sedikit orang jujur. Menjadi orang jujur tidak serta merta. Bertahap. Sejak usia dini sudah harus dididik dengan nilai kejujuran. Membentuk karakter kejujuran tidak hanya tanggung jawab keluarga, tapi masyarakat juga memiliki andil yang sangat besar dalam membentuk pribadi yang jujur. Orang jujur pasti mendapat apresiasi dari masyarakat. Orang tidak jujur juga akan mendapat perlakuan dari masyarakat. Kejujuran yang sudah menjadi barang langka, mesti kita godog, kita ramu lagi menjadi barang yang berharga.