Minggu-minggu ini bila malam dinginnya luar biasa. Siang yang bertabur cahaya matahari, panasnya juga luar biasa. Kata orang ahli, bahwa cuacanya ekstrim. Bila kondisi badan kurang fit, paling tidak flu akan menyerang. Apalagi dalam bulan ramadhan kali ini. Stamina fisik berkurang, tapi aktifitas justru meningkat.
Ibadah ramadhan adalah panggilan jiwa. Ia tak mengenal musim. Kemarau atau hujan, panas atau dingin hanyalah suasana saja. Ramadhan tetaplah seperti buah ranum yang siap dipetik oleh siapapun. Buah yang menggantung dipohon memancarkan aura, siapapun yang melihat berhasrat untuk mendapatkan. Entah dengan cara apapun. Dengan memanjat pohon. Dengan menggunakan tangga. Dengan sebatang bambu.
Kurang lebih 14 jam lamanya menahan lapar dan dahaga. Mulai dari Imsya’ sampai Maghrib. Sangat rugi bila yang didapatkan hanya rasa lapar dan dahaga, demikian titah agama.
Selama ramadhan tahun ini, dirumah, sudah menjadi kesepakatan, bahwa tiap hari sabtu menjadi ajang untuk berbuka puasa bagi anak-anak. Dengan didahului membaca seni baca alqur’an, semangat anak-anak luar biasa. Tidak terlihat wajah yang lemas, lesu karena mereka berpuasa yang tampak adalah wajah ceria dan suasana senang belaka. Mereka mengikuti acara dengan takzim, sekalipun beberapa anak asyik dengan sidang komisinya masing-masing. Tapi begitulah namanya anak. Tetap ada harapan.
Begitu bel tanda berbuka puasa berdering, yang terdengar adalah dentingan sendok beradu dengan mangkok yang berisi es buah, dan suara srupat-sruput kedua bibir menyedot buah nanas, kolang-kaling dan jeli. Tak ada wajah yang terlihat mengangkat kepala. Semua konsentrasi penuh menghadap mangkok. Tak ada lagi sidang komisi yang berisi celoteh, tak ada lagi anak berlarian. Sore itu mereka takzim dengan dua buah hidangan. Es buah dan nasi kuning gurih, yang berisi lauk : sejumput abon sapi, gorengan telur yang diiris-iris, dan oseng-oseng tempe yang dimasak kering.
Nikmatnya luar biasa bisa berbuka puasa bareng dengan mereka. Saya tidak memikirkan kegiatan apa hari itu yang bisa menelurkan ibadah. Saya juga tidak bisa memikirkan kualitas puasa mereka. Kata ustadz, bila ada orang yang berpuasa hanya memperoleh lapar dan dahaga. Namun dengan melihat mereka berbuka puasa, saya jadi bisa menilai diri, seberapa tinggi kualitas puasa saya.
[caption id="attachment_127430" align="aligncenter" width="300" caption="koleksi pribadi"][/caption]