Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Teori Kecerdasan hanya Dijadikan Perisai

28 April 2011   01:47 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:19 167 1
[caption id="attachment_105591" align="aligncenter" width="300" caption="(rpaindonesia.com)"][/caption] Hari ini adalah hari terakhir bagi siswa SMP melaksanakan unas. Orangtua, guru, peminat anak sekolah sampai ustadz, sepakat akan mengatakan : usaha sudah dijalankan, selebihnya doa yang akan menolong keberhasilan. Ucapan simpati. Saya sebagai guru idem tito. Anak yang benar-benar berusaha, setengah usaha atau hanya mengikuti ujian karena orangtua, semuanya tetap saya do'akan. Namanya juga doa. Kecerdasan multiple yang ditemukan oleh Howard Gardner akan dijadikan perisai. Ada yang menyebutkan 8 macam, ada yang mengatakan 9 macam kecerdasan. Tapi yang banyak dipakai 5 macam. Linguistik, matematis, kinetis musik/seni dan interpersonal. Teori kecerdasan ini dipakai sebagai alat ukur untuk mengkotak-kotakkan kemampuan siswa. Disebutkan bahwa kecerdasan seorang anak tidak hanya terletak pada kelihaian mengerjakan matematika atau fisika. Namun kecerdasan bisa berupa pengetahuan sastra, ketrampilan, sosial dll. Penggunaannya mirip dengan fungsi otak kanan dan otak kiri, hanya lebih variatif. Menyanjung atau memuji anak perlu dilakukan, agar anak mendapat simpati. Sering kita jumpai dalam menyanjung anak, bila kemampuan matematisnya rendah, akan dinasehati agar supaya menekuni bahasa saja atau ilmu sosial. Tapi anehnya, membaca buku saja malas. Buku perpustakaan sekolah masih bersih, masih utuh, tidak terlihat halaman buku sering dibolak-balik. Rak almari di kamar belajar masih berjajar buku-buku wajib sekolah. Novel-novel remaja yang mestinya digemari, tak satupun dikenal. Apalagi pengarang novel semacam Raditya, Ruwi Meita, Jessica. Kali lain ditemui, seorang ayah akan menasehati : sudahlah.... kamu memang cocok di sekolah ketrampilan. Ajaib, trampil membongkar mesin tapi tidak bisa mengembalikan. Kalaupun toh bisa mengembalikan, ada beberapa sekrup tersisa. Bila mengambil jurusan komputer, akan berkutat pada penggunaan program yang telah ada. Jarang ditemui, mengembangkan aplikasi atau menciptakan program. Katanya mau menekuni kuliner/boga tapi tidak bisa memasak, tidak mengetahui bumbu-bumbu penyedap masakan. Atau bahkan malah tidak tahu nama bumbu masakan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun