Liburan selalu ditunggu, siapapun dan profesi apapun. Liburan adalah masa untuk keluar dari arena rutinitas. Berharap ada nuansa baru yang lebih fresh dan menggairahkan. Namun begitu liburan memasuki ambang batas usia, persoalannya jadi lain. Wajah sudah mulai memperlihatkan berkerut. Hati tak lagi riang. Berharap bersua lagi dengan rutinitas, yang celakanya bagi sebagian orang sangat membosankan. Benarkah demikian?
Saya mencoba mengkalkulasi dengan ilmu matematika khususnya koordinat cartesius. Sebuah bagan yang memiliki dua garis yang saling tegak lurus untuk membedakan 4 bidang (kwadran) yang tidak sama. Sampai saat ini saya masih menjumpai kalau pelajaran koordinat cartesius masih membingungkan (itu kata siswa saya!).
Kwadran pertama (posistip - positip)
Guru dan siswa yang berada di area ini memiliki pandangan bahwa berjumpa dengan sahabat setelah liburan adalah kesenangan (bernilai positip). Guru membimbing dan memberi pelajaran tanpa perasaan terpaksa, siswa menerima pelajaran dengan rasa suka (bernilai positip). Sekolah telah mempersiapkan jadwal dan segala sesuatu yang terkait dengan proses pelajaran jauh hari sebelum hari pertama masuk. Intinya bahwa keluarga besar di sekolah siap segala sesuatu menyambut hari pertama masuk sekolah.
Kwadran ke-dua dan ke-empat (positip - negatip atau sebaliknya)
Semua civitas akademika hanya berharap pada keinginan untuk bertemu dengan kolega. Guru belum memeprsiapkan materi pelajaran, siswa enggan untuk menerima ilmu pengetahuan dengan alasan tidak membawa buku karena belum mengetahui jadwal pelajaran. Secara sarana, sekolah juga belum mempersiapkan segala sesuatu : kelas yang masih kotor, toilet yang belum dibersihkan, kapur belum beli dll. Orang tipe seperti ini layak untuk bermukim di kwadran 2 atau 4.
Kwadran ke-tiga (negatip-negatip)
Alasan yang sering kita dengarkan adalah, minggu pertama. Masih mencatat jadwal (mencatat jadwal selama 1 minggu-sungguh hebat!). Sekolah belum mengadakan rapat guru untuk persiapan memasuki semester berjalan. Saling tudingpun tak terhindarkan, dan semua nampaknya benar adanya. Bermula dari manajemen sekolah yang enggan untuk mempersiapkan proses pembelajaran dan berakhir dengan segerombolan manusia yang ngobrol tanpa arah. Celakanya di wilayah ini justru yang padat penduduknya.
salam affandi