Pengiwa yang dianut oleh masyarakat Bali telah berlangsung turun temurun. Disaat yang sama orang Bali juga menciptakan Penengen (ilmu putih) yang berfungsi sebagai penangkal atau penetralisir pengaruh ilmu hitam.
Diakui oleh oleh masyarakat Bali bahwa orang yang mengusai ilmu hitam (pengleak) tidak harus digunakan untuk kejahatan yang pada akhirnya jatuh korban. Modus kejahatannya hanyalah dorongan emosional, dan pengleakan digunakan sebagai medianya.
Ada beberapa macam pengiwa yang sampai sekarang masih dikenal. I Wayan Kardji menulis dalam bukunya "Ilmu Hitam dari Bali" membagi jenis-jenis pengiwa menjadi :
1. Pangasren
Pangasren adalah cabang ilmu pengiwa yang mampu membuat pemakainya lebih tampak cantik atau tampan. Orang yang memiliki ilmu ini akan tampak cantik atau tampan dengan harapan akan akan memperoleh pasangan hidup dengan mudah.
Pemakai ilmu ini tidak hanya didominasi oleh perjaka atau perawan, bahkan mereka yang sudah duda atau janda juga demen menggunakan pangasren.
2. Pangeger
Salah satu cabang pangiwa ini bertujuan agar supaya kegiatan ekonominya maju. Sebagimana fungsinya Pangeger lebih banyak digunakan oleh seorang pedagang. Namun dalam realita, karena terjadi persaingan yang tidak sehat dalam bidang perdagangan yang terjadi selanjutnya adalah menimbulkan praktek-praktek yang saling mematikan. Mula-mula beralihnya pelanggan ke toko pesaing. Bila persiangan yang tidak sehat mencapai puncaknya, maka jatuh korban jiwa tak terhindarkan. Dengan demikian ilmu pangeger ini bukan menjadi sarana untuk bertindak kejahatan. Sangat kontradiksi dari tujuan semula.
3. Penangkeb
Penangkeb adalah cabang ilmu pengiwa yang bertujuan membuat orang lain tunduk kepada orang yang memiliki ilmu pengiwa tersebut. Pemakai akan mampu menyetir, memerintah atau mengarahkan orang lain yang dikenainya, sehingga apa saja yang dikehendaki sedapat mungkin akan mudah memperolehnya. Bila pembaca berkeinginan untuk menjadi pemimpin bolehlah penangkeb ini sebagai referensi.
4. Pengasih-asih
Pengasih-asih adalah salah satu cabang pengiwa yang bertujuan membuat orang jatuh cinta kepada orang yang melaksanakan ilmu pengiwa itu. Pengguna ilmu ini tentu saja berkeinginan agar orang lain jatuh cinta tanpa syarat. Korban akan terkesima melihat pengguna ilmu pengasih-asih. Bagi pembaca yang sudah bersuami istri, bolehlah melakukan evaluasi, benarkah kita telah diguna-guna dengan ilmu itu oleh orang yang sekarang menjadi suami atau istrinya.
Untuk mendapatkan ilmu-ilmu di atas haruslah lewat pembimbing dan saran-sarana lain sperti mantra dan rajahan. Macam-macam jenis rajahan sesuai dengan yang disyaratkan oleh pembimbing. Bisa berupa dedaunan, akar, gambar bahkan potongan kitab suci.
salam affandi