Mohon tunggu...
KOMENTAR
Otomotif

Muasal MR90

4 Desember 2010   06:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:02 1817 0

Masih ingat mobil MR90? Saya yakin Anda pasti ingat, walaupun sekarang mobil itu sudah jarang terlihat di jalan. Ada juga yang menyebut mobil itu adalah “produk gagal”. Tahukah Anda asal mula mobil MR90? Mungkin sedikit yang mengetahui muasal mobil MR90.

Bila dipandang dari namanya saja sudah bisa ditebak bahwa mobil ini diproduksi pada tahun 1990 an. Berikut ini adalah pengakuan dari Soebronto Laras, seorang yang sudah lekat dengan Suzuki. Penuturan diungkap lewat bukunya “MERETAS DUNIA AUTOMITIF INDONESIA”

Semula hanyalah angan untuk membuat mobil rakyat (mobira). Setelah dihitung secara lebih mendetail, berakhir pada kesimpulan TIDAK MUNGKIN. Karena makan biaya yang sangat besar. Mendirikan pabrik mobil tidaklah murah, karena memerlukan investasi yang besar untuk membuat mesin, alat cetak, dan desain. “Selama ini sedan terkena biaya masuk yang sangat tinggi. Sementara itu kendaraan niaga seperti Kijang dan Suzuki Carry dibebaskan dari pajak dan bea masuk”, demikian kilahnya. Lebih lanjut, “Saya ingin agar komponen-komponen yang kena pajak tinggi itu, akan dibuat di Indonesia” agar harga mobil sedang murah dan terjangkau oleh masyarakat. Namun saat itu lebih banyak berurusan dengan birokrasi daripada urusan teknis pembuatan.

Namun bukan Soebronto, bila belum dicoba. Setelah melewati beberapa lobi dengan pemilik perusahaan automotif di Jepang, seperti Mazda, Suzuki, Hino dan Nissan, maka berdirilah PT Mazda Indonesia Manufacturing (MIM), tepat pada tanggal 1 Agustus 1989 di Tambun Bekasi.Usaha bersama antara Mazda Motor Corporation serta Sumitomo Trading Corporation, yang memang mengacu ke produksi sedan Indonesia perdana. Diharapkan bahwa mobil Mazda Mobira ini dapat di ekspor ke Asia dan bisa menjadi sedan Asia. Mobira kemudian berubah nama menjadi MR90.

Prototipe MR90 pernah diperlihatkan kepada Presiden Soeharto. Beliau sangat kagum. “ Wah ini bagus untuk dikembangkan”. “Pak Tungky (Tungky Aribowo – saat itu menjadi Menteri Muda Perindustrian), coba ini dibantu. Bicarakan dengan Menteri Keuangan, bagaimana pajak penjualan ini bisa dihapus, supaya harganya bisa lebih murah lagi”.

Beberapa saat menjelang launching, Soebronto membawa 5 mobil untuk diserahkan kepada Presiden Soeharto dengan harapan Presiden memberikan kepada Veteran ataupun orang lain. Dalam acara penyerahan mobil MR90 di Bina Graha didampingi oleh Presiden Direktur Mazda, sambil menunggu jawaban dari Menteri Keuangan (BJ Sumarlin).

Ternyata kabar dari Menteri Keuangan diluar dugaan. Intinya bahwa mobil MR90 tetap dikenakan pajak 30%. Alasan penolakan Menteri Keuangan karena mobil itu definisinya adalah sedan. Pemerintah tidak bisa membicarakan bahwa mobil itu produksi lokal, karena belum ada peraturan mobil nasional. MR90 yang sediakala akan dijual lebih murah dari Kijang (saat itu Kijang seharga Rp. 18 Juta), harus dijual dengan harga Rp. 22 juta. Ada selisih Rp. 4 juta.

Walaupun sempat bangga karena sudah bisa memproduksi mobil sedan, tetapi harus membayar mahal dengan kerugian. Dengan perbedaan harga yang termasuk besar, target penjualan yang bisa membuat 1.000 unit perbulan tidak tercapai. Akhirnya cuma bisa terjual seputar 250 – 300 unit sebulan. MIM malah bangkrut. Terlalu banyak investasi, untuk membuat pabrik bodi mobil, pabrik mesin dan sebagainya. Kami melelang apa yang dimiliki. Pabrik dan lahan dibeli oleh Suzuki, semua mesin diangkat dan dilelang. Kita juga harus melunasi kewajiban bayar hutang, pajak dan sebagainya. Pokoknya Bangkrut! Cuma satu yang bisa saya amankan, karyawan. Saya pindahkan sebagaian karyawannya ke Suzuki, galau Soebronto.

“Peristiwa ini menjadi pengalaman yang sangat pahit buat saya. Apalagi 6 tahun kemudian lahir yang namanya mobil nasional, yang dilindungi oleh SK Presiden, yang dihapuskan dari semua kewajiban pajan dan sebagainya”.

salam affandi

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun