[caption id="attachment_313297" align="alignleft" width="74" caption="sudnow.com"][/caption] Kala sedang duduk diteras sambil membaca koran kompas, saya terpaku pada salah satu sudut halaman yang saya kira adalah sebuah iklan. Tapi ternyata bukan. Sebuah informasi yang cukup mengejutkan yang isinya :
Jesslyn Julia Gunawan, pianis remaja 14 tahun memenangi 2nd Tureck International Bach Competititon for Young Pianists di New York City, Amerika Serikat. Jaya Suprana mengabarkan bahwa Jesslyn meraih juara pertama pada kategori VII (Aneka Karya) dan mendapatkan Rosalyn Tureck Prize setelah memainkan
"Chromatische Fantasie & Fuge BWV 903" dalam D minor dan
"Toccata" dalam G minor. Membanggakan. Sebuah ajang bergengsi dari pianis muda yang datang dari seluruh penjuru dunia. Dia yang pernah mendapat rekor
MURI (Museum Rekor Indonesia) sebagai pianis termuda yang pernah melakukan konser profesional dengan standar setara master. Sebuah raihan prestasi yang diperoleh dengan jerih payah, tidak seketika dan karbitan. Dari Jaya Suprana School of Performing Arts sendiri, Jesslyn meraih penghargaan Certificate of Honor untuk pergelaran resital piano tunggal yang menampilkan karya-karya Bach, Mozart, Beethoven, Chopin, Debussy, dan Suprana. Jadi teringat, senior Jesslyn yang sudah malang melintang di blantika hiburan khususnya musik klasik. Dia adalah Ananda Sukarlan. Seorang ayah kelahiran 10 Juni 1968 yang sekarang menetap di Spanyol adalah satu-satunya orang Indonesia dalam buku "The 2000 Outstanding Musicians of the 20th Century", yang berisikan riwayat hidup 2000 orang yang dianggap berdedikasi pada dunia musik. Dua orang Indonesia lain generasi telah menjunjung nama Indonesia dalam dunia musik. Dua insan yang memiliki keahlian yang sama, kehandalan jemari dalam memainkan piano. Kelenturan jari mereka diibaratkan memainkan seutas benang memainkan layang-layang bernama Indonesia. Terus menjulang tinggi dan meliuk-liuk. Bagi yang tidak gemar musik klasik seperti Liszt (pemusik jenius yang diperlakukan seperti barang oleh bangsawan), Chopin yang dikritik karena hanya menulis untuk piano, tapi anehnya tetap saja karyanya terus dimainkan, ataupun Beethoven sang maestro, tidak begitu hirau dengan dua nama setenar Ananda atau Jesslyn. Musik klasik demikian juga Jazz sepertinya jenis musik langit yang sulit digapai dan dipahami. Kata orang jenis musik ini adalah sekolahan, artinya untuk bisa memahami harus sekolah. Bagi saya tidak. Yang penting Harmoni. Harmoni. Itulah kunci manakala kita akan menikmati musik. Harmoni tidak didapatkan dari persoalan mengetahui teknis nada. Harmoni juga tidak datang dari serangkain alat musik yang rumit. Harmoni diperoleh dari keindahan yang muncul dari hati. Hanya kepuasan atau kehampaan saja yang bisa dihasilkan dari sebuah rangkaian mendengarkan musik. Ada sebagian orang bisa menikmati berbagai macam aliran musik, baik sonata, simfony dan bahkan musik tradisional sekalipun. Orang ini telah mampu meramu harmoni. Nada apapun bunyinya asal dapat mencapai keselarasan, ia telan yang selanjutnya dapat memantulkan kearifan. Sebagian lain ada yang hanya mampu mengapresiasikan dua atau tiga jenis nada, seperti musik kuda kepang (jathilan-jawa), ledek monyet dll.
KEMBALI KE ARTIKEL