Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

Dapatkah Politik dan Ekonomi Dipisah

4 September 2014   17:46 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:38 48 0
Masih ingatkah partai LDP ( Liberal Democratik Partai ) yang perkasa sejak dibentuk tahun 1955 di Jepang akhirnya runtuh juga pada tahun 1990an? Menyimak perjalanan LDP mirip dengan sejarah Golkar. Partainya para penguasa. LDP dan Golkar memiliki kemiripan dalam berkarier di dunia partai. Konservatif, bahkan mayoritas tinggal. 
LDP runtuh karena lemah dalam menjaga kedigdayaannya. Golkar nasibnya lebih baik. Golkar, dibanding dengan paratai politik lainnya relatif masih dapat dikendalikan. LDP dapat disingkirkan karena kesolidan partai oposisi. Golkar jatuh karena resesi dunia yang berimbas masuk ke Indonesia. LDP banyak kehilangan kursi di parlemen, tapi ekonomi negara Sakura tetap digdaya. Sedang Golkar tersandung justru karena stabilatas ekonomi tidak terjaga dengan baik. Sehingga kalau harus dibandingkan antar dua partai tersebut, indikator utamanya motif ekonomi. Jepang lebih stabil ekonominya, sementara di Indonesia, politik dan ekonomi masih saling bergandengan. Saat satu jatuh, maka yang lain ikut terseret jatuh.Untuk dapat mengakomodir agar ekonomi dan politik saling berdiri sendiri tanpa menafikan satu dengan lainnya, memang dibutuhkan waktu yang tidak singkat. Faktor demokrasi masih memegang peranan yang paling besar. Apabila tingkat kesadaran masyarakat dalam kesadaran berpolitik cukup tinggi, ada harapan bahwa ekonomi dan politik dapat dicerai. Namun kalau kehidupan berdemokrasi masih compang-camping, harapannya makain tipis untuk pemilahan antara ekonomi dan politik. James Anderson, pernah menulis bahwa pemisahan ekonomi dan politik akan menyebabkan berkembangnya ekonomi secara cepat. Untuk bisa menikmati suasana seperti yang J Anderson kemukakan, dibutuhkan dasar yang kuat antara lain: demokrasi yang matang dalam masyarakat, tingkat kehidupan ekonomi yang relatif tinggi, budaya kinerja yang handal dan tingkat ketrampilan dalam bidang teknologi 7nformasi. Syarat tersebut bisa didapatkan manakala masyarakat memiliki motivasi yang tinggi terhadap kehidupan. Masyarakat harus memandang bahwa hidup ini berubah, sehingga cara pandang terhadap kehidupan selalu positif. Masa depan cerah.Untuk menjadi demokrasi kuat dalam arti berkeadilan memang dibutuhkan kepemimpinan yang kuat. Dalam arti tidak harus dengan besi dan berbagaia macam acaman atau intimidasi. Menempatkan kerja pada tempatnya, kerja profesional, memberi contoh adalah beberapa indikator tentang kepemimpinan. Karena karakter bangsa Indonesia memang baru bisa bergerak kalau sudah ada yang memberi contoh. Namun sekaligus juga kelemahan, karena masyarakat hanya meniru apa yang dilakukan pemimpin. Faktor kreatif dan mampu mengembangkan masih sebaas pada wacana. Belum menyentuh pada bidang pengembangan.Semakin besar perekonomian yanh dimiliki oleh suatu negara, maka akan semakin kuat juga power yang dimiliki negara itu. Demikian pandangan kapitalis. Power atau kekuasaan, di negara kita jadi primadona. Sehingga kekuasaan sampai kapanpun masih diburu. Karena kekuasaan menjanjikan segalanya. Hanya yang perlu dikedepankan dengan cara yang santun. Orang yang memburu kekuasaan masih memakai cara lama, yaitu dengan menggunakan kendaraan. Bisa lewat politik atau uang. Salah satu atau dua-duanya, menjadi mantra yang ajaib dalam menggenggam power. Agar kedua mantra itu dapat berjalan sendiri-sendiri, perlu koridor yang kuat yaitu dengan dibuat aturan, atau undang-undang. Sebab dengan peraturan yang jelas, hukum dapat menjalankan fungsinya. Saat hukum telah melaksanakan fungsinya, disitulah tumbuh demokrasi. Demokrasi semakin kuat, bukan tidak mungkin antara politik dan ekonomi dapat berpisah.  

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun