Awal Februari lalu, sebagai tindak lanjut dari penolakan warga Palangkaraya atas kedatangan Front Pembela Islam (FPI) di Ibukota Kalimantan Tengah itu, aksi demo menentang keberadaan FPI digelar di Bundaran HI. Hanya segelintir orang, tidak lebih dari 100 orang mengikuti aksi damai itu. Diikuti oleh beberapa orang yang terkenal diantaranya yang menjadi dedengkot Jaringan Islam Liberal (JIL) seperti Ulil Abshar Abdalla, Allisa Wahid (putri Gus Dur), Anis Hidayah (Migrant Care), dan Guntur Romli (JIL/Salihara). Ada juga sutradara terkenal Hanung Bramantyo. Bahkan beberapa orang menganggap aksi itu diikuti oleh waria, cewek perokok, cowok gimbal dan penuh tatto tidak jelas.
JIL memang sangat getol dengan keberadaan FPI. Aksi anarkis yang sering dilakukan ormas pimpinan Al Habib Rizieq Shihab itu membuat sekelompok ormas lain termasuk JIL antipati terhadapnya. Jaringan Islam Liberal memang sempat mejadi heboh karena pemikiran-pemikiran mereka yang seolah melindungi minoritas (meskipun itu salah/maksiat) dan beberapa pihak mengklaim bahwa JIL adalah salah satu sarana mempererat kerukunan dan perdamaian antar warga negara. Dan bahkan umat muslim di Indonesia. Oleh sebab itu, dalam gerakannya, JIL selalu menolak adanya anarkisme, terorisme dan radikalisme.
Namun, JIL yang dihuni oleh orang-orang intelektual sempat juga membuat pernyataan yang seolah-olah justru menjatuhkan Islam, meremehkan perintah dan ajaran Allah dan Rasulullah SAW dan yang lebih ekstrim menghina para ulama. Pemikiran JIL inilah yang sempat membuat kontroversi dan beberapa kalangan menganggap JIL adalah kepanjangan tangan dari antek Yahudi dan Amerika yang ingin menghancurkan Islam dari dalam.
Aksi JIL menentang FPI dalam demonstrasinya juga didukung oleh kaum non muslim. Hal inilah yang membuat sutradara Hanung Bramantyo dalam orasinya waktu itu, berani menantang siapa yang lebih mayoritas, pendukung JIL atau penolak JIL?. Dengan keyakinan itu pula Presiden SBY dalam pidatonya menyinggung FPI yang telah ditolak oleh warga Palangkaraya : “FPI Berkacalah…”
Beberapa aliansi penolak FPI juga menyerukan lewat media maya, melalui jaringan sosial. Namun apakah mereka ini termasuk JIL apa bukan yang jelas dalam setiap tweet maupun status Facebook, mencantumkan hastag #IndonesiaTanpaFPI. Ramai-ramai aksi pada dunia nyata dan dunia maya inilah, akhirnya membuat FPI dan muslim yang tidak tergabung dalam FPI namun menolak pembubaran FPI, melawan.
Diawali dari sebuah perlawanan pada jejaring sosial juga, Twitter dan Facebook, gerakan pembalasan dari pendukung FPI mengkampanyekan hastag #IndonesiaTanpaJIL. Hal ini disambut positif oleh beberapa pihak penolak aksi pembubaran FPI dan penolak pemikiran JIL. Diantaranya selebritis Fauzi Baadila.