Padahal dalam prinsip kita dalam memilih sangat penting dalam memegang amanah khususnya jabatan yang sudah di sumpah untuk konsisten ketika dipilih rakyat, Mungkin ketidak beranian Jokowi memasukan kata amanah dalam jargon spanduknya karena kesadaran diri karena selama ini tidak amanah dalam memegang jabatan. Masih banyak kasus-kasus korupsi di solo dan Jakart yang belum selesai terus ditinggalkan begitu saja. Masih banyak masalah DKI yang masih harus diperbaiki namun ditinggalkan hanya untuk anggapan dia dipilih oleh rakyat padahal peran media yang melakukan pencitraan masif sehingga seolah-olah dia adalah pilihan rakyat.
Islam sangat memegang penting pemimpin yang amanah. Dalam Al Qur'an dijelaskan :
“Sesungguhnya manusia terbaik yang anda tunjuk untuk bekerja adalah orang yang kuat dan amanah.” (QS. Al-Qashas: 26).
Dalam pemikiran kita memegang teguh amanah khususnya dalam menjalankan amanah jabatan sangatlah penting. Ini untuk melindungi kepentingan rakyat dan sejauh mana kesungguhan dalam memimpin. Hal ini menjadi tolak ukur dalam menjadikan diri kita lebih baik dimasa depan dan belajar memegang teguh amanah yang sudah diberikan. Jika kita tidak amanah apakah kita berani bilang kita amanah. Itulah mengapa amanah bukanlah tugas yang ringan karena godaan untuk mematahkan itu sangatlah besar.
Saya pecaya jika seorang Jokowi menyelesaikan tugasnya sebagai gubernur dan menyelesaikan kepentingan-kepentingan masyarakat khsusnya masalah banjir, kerusakan jalan, korupsi busway dan macet maka yakinlah sikap amanah itu akan menjadikan beliau baik dimata seluruh masyarakat Indonesia. Namun jika tugas belum selesai dan menyisakan banyak masalah dikhawatirkan akan menjadikan fitnah dimana-mana. Menjaga dan menjauhi mudharat lebih baik rasanya ketimbang harus mengikuti hawa nafsu kekuasaan.