Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

K.A.R.M.A…? (Bag. 9) End Chapter

14 Juli 2011   23:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:40 130 1

EPILOG

Pantai Nirwna, Baubau…

Aku membuka amplop biru yg mulai lusuh, menarik keluar secarik kertas biru didalamnya. Aku selalu menarik napas berat setiap kali membukanya. Seolah dadaku menjadi sesak seketika. Kulihat deret tulisan rapi berjejer.

Untuk Lelakiku :

Bertemu denganmu sekali, menemaniku menatap malam bergemintang tanpa rembulan sekali, Menyentuh sudut hatiku sekali, namun bertahan didalamya selamanya.

Aku tidak pernah tahu,bahkan mungkin tak akan pernah tahu lembar biru ini berada ditanganmu. Aku tidak pernah tahu, apa bibirmu yang pernah kukecup membaca untai kata yang kususun untukmu ditengah malam yg buatku risau hingga tak sedetikpun kulewati tanpa mengingatmu.

Lelakiku, aku bahkan takkan pernah tahu, sejauh apa hatimu bersuara. Mungkin seperti suara hatiku, mungkin ia merisau sebagaimana hatiku, atau bahkan ia diam, sekedar diam tak bergeming. Takkan pernah tahu, ah lelakiku, tahukah kau betapa menyakitkannya merisau gamang, sedang aku bahkan tak tahu gamangmu, risaumu,

Lelakiku, andai saja kau mengajakku pergi hari itu…..

Andai saja kau sambut kepak sayapku untuk terbang melintasi hidup.

Mungkin smuanya akan berbeda……..

Pun begitu, aku tak pernah menyesali keputusanmu. Aku bahkan tak menyesali takdir burukku. Tidak sekalipun. Sebab bertemu denganmu, meski dalam kisah yg singkat diuntai hidupku, lebih dari cukup untukku meneguk bahagiaku didunia. Aku tak menyesali.

Ah lelakiku, andai saja kau tahu jejak yang kau tinggalkan dirahimku. Aku akan menjaganya, sampai kapanpun. “Tegarlah kau didalam sana nak… bahkan jika kakekmu, yang sepatutnya menjadi kakekmu memaksamu meninggalkan kediamanmu yang nyaman dlm tubuhku, tetaplah disana nak….. “

Lelakiku, aku tak pernah menyesal

Tak sedikitpun, mungkin sudah seperti itulah cinta ………….

Lelakiku, dimanapun kau berada. Kutitipkanrinduku pada ribuan gemintang diatas sana.

Air mataku menitik, hatiku perih. Dadaku menyesak. Aku berurai duka, menekuk diri disepi pantai. Dihembus beku semilir anginnya.

Hujan merinai, menderas. Aku melangkah. Membenamkan diriku dilaut berombak. Air mataku menyamar diantara titik-titik hujan yg membentur tubuhku. Masih kupegang erat lembar biru itu. aku melepasnya, melihat lembar biru itu hanyut terbawa ombak laut, menjauhiku.

Diah, kau tahu. Betapa berat melepas semua ini.

Aku menua, sendirian. Sepenggal khilafku dimasa laluku mengunciku hidupku. Menahan hatiku untuk terus menutup semua kebahagiaan yang mungkin bisa kuraih. Aku tak bisa diah, merasa tak berhak untuk berbahagia.

Aku menengadah memandang langit yang merinaikan hujannya. Kelambu kelabu menutup biru langit, tak menyisakan sedikit celah bagi mentari menyelipkan jemari sinarnya. Mataku memicing, memaksa.

Ahh, Diah… aku merasa tak berhak untuk berbahagia

TAMAT

Untuk semua wanita yang tersakiti olehku.

Maafkan

Baubau, satu ketika saat usai kututurkan kisahku

HAERUDDIN ZULBAHARA ZAMANI

.. Ae.Lauthienk ..

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun