Anda melempar pena di tanganku
Meminta saya menulis tentang cinta yang berteduh di beranda hidupmu.
Memangnya cinta adalah gelandangan tanpa nama?
Apakah cinta telah manjadi tenda untuk
meminjamkan naungannya?
Hujan dan kemarau menjulur tanpa isyarat di balik hembusan angin senja
Embun pagi luruh dari retaknya langit
Engkau menjulurkan lidah tanpa tanya
Cinta pecah di titian lintasan
Ada desah dan gelora di dada para kelana
Damai terkulum di moncong egoisme
Tetapi sepotong harapan luruh di hati para pencari.
Di sini, semilir senja menjadi biru
Rindu menjadi mercusuar benderang Â
Cinta menjadi prasasti segala musim.
* Pontianak, 28 Juni 2020