Mohon tunggu...
KOMENTAR
Ilmu Sosbud

Revolusi Feminis di Iran: Perubahan & Tantangannya

22 Mei 2024   16:53 Diperbarui: 29 Mei 2024   07:17 89 1
Feminisme adalah gerakan sosial, politik, dan ideologi yang bertujuan untuk mencapai kesetaraan gender di semua bidang kehidupan. Gerakan ini mengutuk perlakuan tidak adil terhadap perempuan dalam masyarakat yang lebih memihak pada sudut pandang laki-laki. Revolusi feminisme mengacu pada gerakan sosial dan politik yang bertujuan untuk mencapai kesetaraan gender, menghapus diskriminasi terhadap perempuan, dan memperjuangkan hak-hak perempuan di berbagai bidang kehidupan. Gerakan feminis dianggap menjadi kekuatan utama di balik perubahan sosial besar dalam sejarah terhadap hak-hak perempuan, seperti hak pilih, hak reproduksi, aborsi, dan hak untuk memiliki properti. Gerakan ini terus berkembang dengan berbagai perspektif dan tujuan dalam mencapai kesetaraan gender.

Gelombang feminis pertama menekankan hak-hak hukum dan formal pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Gelombang kedua, dari tahun 1960 hingga 1980-an, fokus pada kesetaraan di tempat kerja, hak reproduksi, dan keterwakilan perempuan di media dan budaya. Gelombang ketiga, muncul pada tahun 1990-an dan 2000-an, menekankan pada keberagaman, interseksionalitas, dan hak-hak individu sebagai respons terhadap ketidakpuasan terhadap gelombang kedua. Gelombang keempat, terjadi pada tahun 2010-an hingga saat ini, berfokus pada isu-isu seperti pelecehan seksual, kekerasan berbasis gender, dan ketidakadilan sistemik serta mendorong partisipasi aktif perempuan dalam politik dan bisnis.

Di Iran, perempuan diatur dalam hukum syariah serta uu sipil, dimana kedua hal tersebut bersifat mengekang dan diskriminatif. Aturan pakaian yang ketat ditegakkan dengan keras oleh polisi, Pasukan Relawan Basij paramiliter, dan polisi moral. Wanita yang tidak memakai jilbab bisa menghadapi pelecehan, penangkapan, denda, dan bahkan penjara hingga dua bulan.

Di Iran, juga memiliki undang-undang yang membatasi kebebasan perempuan dalam pernikahan dan perceraian. Anak perempuan di Iran diizinkan menikah pada usia 13 tahun dengan izin khusus dari ayah mereka dan pengadilan. Lebih dari 13.000 anak perempuan berusia 13 tahun menikah antara bulan Maret 2018 dan Maret 2019.

Gerakan feminis di Iran pada masa Shah dipengaruhi oleh perubahan sosial, ekonomi, dan politik di negara tersebut. Pada era Reza Shah Pahlavi, terjadi reformasi modernisasi yang mempengaruhi status perempuan dalam masyarakat Iran. Reza Shah mendirikan sekolah perempuan, menghapus pemakaian jilbab, dan meningkatkan kesempatan kerja bagi perempuan. Di era Mohammad Reza Pahlavi, reformasi diperluas dengan program Revolusi Putih yang dimulai pada tahun 1963. Perempuan diberi hak untuk memilih dan mencalonkan diri, serta berbagai organisasi perempuan didirikan pada periode ini, termasuk Organisasi Perempuan Iran (OWI) yang fokus pada isu-isu pendidikan, kesehatan, dan hak-hak hukum.

Pasca revolusi 1979 yang menumbangkan kekuasaan monarki di Iran gerakan feminisme semakin gencar dikarenakan diterapkankanya hukum syariah yang dimana mengekang hak-hak perempuan, Salah satunya tidak diperbolehkannya perempuan mencalonkan diri sebagai politisi maupun berpartisipasi dalam pemilihan presiden. Demonstrasi di Teheran meningkat pasca kematian Martha Amini, yang ditangkap polisi moral karena dicurigai "gagal mengenakan hijab dengan benar". Protes dilaporkan menyebar ke setidaknya 80 kota, dengan televisi pemerintah mengatakan 17 orang tewas, termasuk tiga anggota pasukan keamanan. Protes ini menunjukkan perjuangan yang masih dihadapi perempuan di Iran dalam mencapai kesetaraan gender."

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun